Keterbatasan Lahan, Pemkab Sleman Kembangan Pertanian Organik

(Beritadaerah – Sleman) Lahan pertanian di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, saat ini semakin terbatas dan kalah luasan dibanding kabupaten-kabupaten lain. Maka selain dengan menggenjot produksi padi untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya, Sleman pun harus bermain pada produksi pertanian yang mempunyai nilai tinggi seperti pertanian padi secara organik.

Untuk itu Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman menyebutkan, pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari atau membatasi penggunaan bahan kimia sintetis baik pupuk kimia/pabrik, pestisida, herbisida, maupun zat pengatur tumbuh.

Selain itu kesuburan lahan pertanian Kabupaten Sleman semakin menurun yang ditengarai sebagai akibat dari banyaknya input buatan berupa pupuk dan pestisida kimia.

Terbitnya Permentan No. 10 tahun 2022 yang membatasi subsidi pupuk menjadi momen yang tepat untuk kembali membenahi tanah/lahan dengan memperbanyak penggunaan pupuk organik baik padat maupun cair. Penggunaan pestisida alami juga memperbanyak input bahan organik limbah padi dan diterapkan dengan cara budidaya padi sehat dan budidaya padi organik.

Budi daya pertanian padi secara organik merupakan salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mencapai pertanian yang berkelanjutan serta ramah lingkungan. Budi daya padi organik di Kabupaten Sleman tersebar di antaranya di Cangkringan, Prambanan, Ngaglik dan Ngemplak dengan total luasan sekitar 20 Ha.

Kendala dalam pertanian organik adalah rendahnya produksi pada tahap peralihan konvensional ke organik dan tingginya biaya sertifikasi. Maka penerapan SOP budi daya padi organik akan sangat membantu petani meraih produksi yang tinggi.

Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman Suparmono saat melakukan panen bersama padi organik varietas Sinta Nur milik Kelompok Tani Mekar di Ngalian, Widodomartani, Ngemplak, Rabu (23/11), menyampaikan memang pada tahap awal penerapan budi daya secara organik, produktivitas padi per musim tanam yang dihasilkan lebih rendah dibanding budi daya secara konvensional akan tetapi pada tahap selanjutnya produktivitas padi organik cenderung naik sementara yang konvensional akan konstan.

Dari panen bersama ini, diperoleh hasil ubinan rata-rata 5,5 kg per ubin atau 8,8 ton/ha. Dari produksi luasan sawah 2,5 Ha sudah langsung dibeli oleh Koperasi Petani Milenial Yogyakarta (Kompakyo).

Ditambahkan juga oleh Suparmono bahwa lebih berbahagia lagi karena padi ini sudah mendapat sertifikasi oleh lembaga Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (LeSOS). Dengan adanya sertifikasi ini berarti telah memberikan kepercayaan kepada konsumen bahwa produk yang dihasilkan memang benar-benar organik. Biaya sertifikasi organik yang cukup mahal bagi petani pada tahap awal dibantu oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY.