(Beritadaerah-Kolom) Di tengah upaya pencapaian kemandirian desa yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), cerita sukses Desa Ponggok dapat menjadi inspirasi bagi desa lain. Beberapa penghargaan yang pernah diraih oleh Desa Ponggok, seperti Penghargaan Desa Wisata Terbaik dan Juara Lomba Desa Tingkat Nasional. Desa Ponggok sendiri dikenal sebagai salah satu desa wisata terbaik di Indonesia. Penghargaan lain pernah didapatkan baik dari Kementerian dan lembaga internasional.
Desa Ponggok, terletak di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, memiliki potensi wisata alam berupa umbul atau mata air yang jernih dikembangkan oleh masyarakat lokal. Saya pernah membaca artikel bahwa desa ini pernah viral karena wisata Umbul Ponggok. Foto-foto wisata Umbul Ponggok banyak saya dilihat dan sangat bagus. Wisatawan yang ke Umbul Ponggok dapat salah satunya dapat berenang, berfoto dengan ikan dan beberapa properti menarik. Beberapa wisatawan yang datang juga snorkling hingga scuba diving.
Destinasi wisata ini dikelola oleh BUMDes Tirta Mandiri. Dari beberapa artikel yang saya baca, pembentukan BUMDes Tirta Mandiri, Desa Ponggok menghadapi beberapa tantangan dalam mengoptimalkan potensi ekonomi lokal. Bagi saya ini hal wajar, sesuatu yang baru dan ada usulan karena belum ada bukti atau contoh keberhasilan. Masyarakat setempat saat itu kurang yakin akan kemampuan desa untuk mengembangkan usaha yang bisa meningkatkan kesejahteraan bersama. Sentimen negatif dan sikap pesimistis terhadap inisiatif kegiatan ekonomi baru seringkali menjadi hambatan dalam pembangunan ekonomi desa. Perlahan hal itu bisa teratasi dan dilewati oleh BUMDes Tirta Mandiri.
Dulu dikenal sebagai desa miskin, kini Desa Ponggok telah memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dengan omzet awal jutaan, berkembang menjadi ratusan dan sekarang mencapai miliaran rupiah per tahun. Tahun 2022, wisata Umbul Ponggok berhasil mengantongi pendapatan sekitar Rp 4 miliar dengan jumlah kunjungan rata-rata 15 ribu hingga 20 ribu kunjungan per bulan. Sebelum pandemi Covid-19, pendapatan dari wisata ini pernah mencapai Rp 8 miliar hingga Rp 9 miliar per tahun.
Yang menarik dari keuntungan BUMDes ini tidak digunakan semua untuk membelajakan usaha tetapi kepada investasi pendidikan keluarga dan kemampuan SDM di Desa ponggok. Sehingga dari keuntungan tersebut, Desa Ponggok membuat program satu rumah satu sarjana. Yang mana dalam hal ini, satu anak dari setiap rumah akan dibiayai kuliahnya oleh desa. Ini merupakan investasi jangka panjang yang tepat dan bijaksana dilakukan oleh Desa Ponggok. Pembiayaan kuliah bagi warganya akan memberikan manfaat serta dampak yang besar bagi peningkatan SDM di desa ini kelak.
Ada beberapa hal yang menjadi point dari keberhasilan dari BUMDes Ponggok yakni pertama, mampu mengembangkan berbagai usaha ekonomi di tingkat desa yang berorientasi pada kebutuhan lokal. Ini mencakup pertanian, pariwisata, kerajinan, dan lain-lain, sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa.
Kedua, BUMDes Tirta Mandiri juga menjalin kemitraan dan kolaborasi dengan pihak eksternal, seperti pemerintah, LSM, dan sektor swasta. Kemitraan ini membantu dalam pembiayaan, pelatihan, serta pemasaran produk-produk unggulan desa. Sedangkan yang ketiga, tingginya partisipasi dan kesadaran masyarakat desa dalam pengelolaan dan pengembangan usaha bersama. Ini menciptakan keterlibatan aktif dalam setiap tahapan pengambilan keputusan dan pelaksanaan program.
Keempat, Bumdes Ponggok terbukti mampu menghasilkan inovasi-inovasi baru dan kreatifitas dalam pengelolaan sumber daya alam dan potensi lokal. Contohnya adalah Pengelolaan wisata yang ramah lingkungan dan pemanfaatan teknologi dalam meningkatkan efisiensi produksi pertanian. Terakhir, dan penting yakni transparansi dalam pengelolaan keuangan menjadi salah satu kunci kepercayaan dari masyarakat dan pihak investor. BUMDes Ponggok menunjukkan praktik pengelolaan keuangan yang jelas dan akuntabel.
Sekilas informasi BUMDes merupakan Badan Usaha Milik Desa. Ini adalah sebuah lembaga usaha yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat di tingkat desa atau kelurahan di Indonesia. BUMDes didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui pengembangan usaha ekonomi yang berkelanjutan dan berbasis pada potensi lokal. Dari laman Kemendesa, diperoleh data bahwa jumlah BUMDes terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2019 ada 50.199 BUMDes dan tahun 2023 sudah terdapat 60.417 BUMDes dengan 16.558 sudah berbadan hukum.
Selain BUMDes Ponggok di Klaten, Jawa Tengah, ada beberapa Bumdes yang berhasil dan menjadi juara nasional, seperti BUMDes Maron di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur; BUMDes Gegerung di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah; BUMDes Wukirsari di Kabupaten Bantul, Yoyakarta dan lainnya.
Keberhasilan Bumdes Ponggok menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Indonesia untuk mengidentifikasi dan mengoptimalkan potensi lokal mereka secara berkelanjutan dan mandiri. Melihat dari keberhasilan BUMDes Ponggok, dan beberapa BUMDes lainnya yang menyandang peringkat terbaik tingkat nasional kuncinya pada komitmen yang dimulai dari Kepala Desa sampai kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam membangun desa. Kedepan diharapkan ada BUMDes baru bermunculan dengan berbagai prestasi dan inovasi.