(Beritadaerah-Nasional) Pemerintah telah menetapkan target pendapatan negara dalam APBN 2025 meningkat menjadi Rp3.005,1 triliun, naik dari angka sebelumnya di RAPBN 2025 sebesar Rp2.996,9 triliun. Selain peningkatan pendapatan, pemerintah juga menaikkan target belanja negara menjadi Rp3.621,3 triliun dari yang sebelumnya direncanakan Rp3.613,1 triliun. Meskipun terjadi kenaikan pada pendapatan dan belanja, defisit tetap dipertahankan di angka 2,53%.
Perubahan juga terjadi pada alokasi belanja Kementerian/Lembaga (K/L), yang naik menjadi Rp1.160,1 triliun dari angka awal Rp976,8 triliun. Sebaliknya, belanja non-K/L mengalami penurunan menjadi Rp1.541,4 triliun dari Rp1.716,4 triliun, dengan dana yang semula dialokasikan untuk program unggulan kini didistribusikan langsung ke K/L teknis. Hal ini disampaikan oleh Wahyu Utomo, Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, dalam sebuah acara Media Gathering di Anyer, Banten, pada Rabu (25/09/2024).
Dalam APBN 2025, pemerintah mengutamakan anggaran untuk mendukung agenda pembangunan. Sektor pendidikan memperoleh alokasi Rp724,3 triliun, diikuti oleh sektor perlindungan sosial dengan Rp504,7 triliun, infrastruktur Rp400,3 triliun, kesehatan Rp197,8 triliun, ketahanan pangan Rp139,4 triliun, serta sektor hukum dan pertahanan sebesar Rp375,9 triliun.
Belanja pendidikan dalam APBN 2025 tidak hanya difokuskan pada program-program yang sudah ada seperti Program Indonesia Pintar (PIP), Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, dan BOS, tetapi juga mencakup penyediaan makanan bergizi bagi anak sekolah, renovasi dan pembangunan sekolah, serta memperkuat hubungan antara pendidikan dan kebutuhan pasar kerja.
Sementara itu, anggaran untuk perlindungan sosial diarahkan untuk meningkatkan sinergi antara berbagai program yang sudah berjalan, serta mendorong pemberdayaan masyarakat melalui program-program adaptif. Wahyu menekankan pentingnya percepatan dalam pengentasan kemiskinan, bukan hanya sekedar mengurangi angka kemiskinan.
Di sektor infrastruktur, belanja akan difokuskan pada transformasi ekonomi, termasuk peningkatan konektivitas, hilirisasi industri, ketahanan pangan, dan energi. Selain itu, ketahanan pangan akan didukung melalui pembangunan lumbung pangan dan peningkatan akses pembiayaan bagi petani. Di sisi lain, belanja kesehatan akan difokuskan pada penurunan prevalensi stunting, pengurangan kasus TBC, pembangunan rumah sakit berkualitas, pemeriksaan kesehatan gratis, dan peningkatan efektivitas Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Menurut Wahyu, menjaga stabilitas ekonomi memerlukan fokus pada empat pilar utama: ketahanan pangan, ketahanan energi, stabilitas nilai tukar, dan keberlanjutan fiskal. Jika keempat hal ini dapat dijaga, stabilitas ekonomi akan menjadi lebih kuat dan mendukung transformasi ekonomi di masa mendatang.