Strategi Indonesia Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen: Fokus pada Hilirisasi, Penurunan Kemiskinan, dan Rasio Gini

(Beritadaerah–Jakarta) Pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen pada tahun 2028-2029. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, memaparkan berbagai kebijakan strategis untuk menjaga dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, salah satunya dengan mengembangkan hilirisasi sumber daya alam (SDA) sebagai pilar penting dalam peningkatan ekonomi.

Airlangga menjelaskan bahwa target pertumbuhan 8 persen adalah realistis, mengingat Indonesia pernah mencapainya pada tahun 1995. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan fokus menjaga sektor konsumsi, meningkatkan investasi hingga 10 persen, serta memperkuat ekspor sebesar 9 persen. Sektor-sektor utama yang akan didorong meliputi hilirisasi, jasa, pariwisata, konstruksi, perumahan, ekonomi digital, pengembangan industri semikonduktor, serta transisi energi atau energi hijau. Presiden menargetkan agar Indonesia dapat menjadi produsen energi hijau terbesar di dunia.

Sejarah pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan bahwa sektor manufaktur, khususnya hilirisasi, industri otomotif, konstruksi, jasa, dan investasi telah berperan penting dalam mencapai pertumbuhan tinggi. Oleh karena itu, Menko Airlangga menilai hilirisasi dapat kembali menjadi penggerak utama untuk mencapai target ekonomi pada tahun 2028-2029.

Selain hilirisasi, pemerintah juga berencana menjaga nilai Incremental Capital Output Ratio (ICOR) dengan cara mengoptimalkan infrastruktur yang sudah ada, memperluas akses, dan meningkatkan konektivitas. Pemerintah juga akan memperkuat pelatihan vokasi dan program peningkatan keterampilan untuk tenaga kerja yang relevan dengan kebutuhan kawasan industri dan kawasan ekonomi khusus (KEK).

Menjelang hari besar nasional, Airlangga menekankan pentingnya pengendalian inflasi, khususnya melalui program kredit usaha rakyat (KUR). Ia mengimbau kepala daerah, bupati, dan gubernur untuk terus memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam mendukung kestabilan ekonomi.

Pemerintah daerah diharapkan berperan aktif dalam menjaga inflasi pangan, khususnya inflasi pangan bergejolak atau *volatile food*, tetap di bawah 5 persen guna memastikan inflasi terkendali hingga akhir 2024. Langkah ini penting untuk mengantisipasi potensi kenaikan harga menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada triwulan III-2024, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,95 persen secara tahunan (year on year) dan 5,03 persen secara kumulatif. Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar pada pertumbuhan tersebut, yaitu 56,84 persen, dengan sektor utama meliputi industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi. Sebanyak 15 provinsi, yang menyumbang sekitar 26,7 persen Produk Domestik Bruto (PDB), mencatat pertumbuhan di atas rata-rata nasional. Pertumbuhan tertinggi tercatat di Papua Barat sebesar 19,56 persen dan Sulawesi Tengah sebesar 9,08 persen, didukung oleh hilirisasi sektor industri pengolahan dan pertambangan.

Airlangga menegaskan bahwa industrialisasi dan hilirisasi telah membuktikan peran pentingnya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah, yang juga menguatkan keyakinan Presiden untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada masa mendatang.

Selain itu, Airlangga menyampaikan bahwa kesenjangan pendapatan antar daerah masih menjadi tantangan. Rata-rata pendapatan per kapita di 10 kabupaten/kota dengan PDRB tertinggi mencapai 33.267 dolar AS, sedangkan 10 kabupaten/kota dengan PDRB per kapita terendah hanya sebesar 658 dolar AS. Daerah-daerah dengan PDRB per kapita tinggi, seperti Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur, juga mencatat tingkat kemiskinan dan rasio gini yang rendah, menjadi contoh daerah dengan kualitas pertumbuhan ekonomi yang baik.

Pemerintah berharap upaya ini dapat membawa Indonesia menuju pertumbuhan ekonomi yang inklusif, dengan mengurangi kemiskinan, menurunkan rasio gini, serta memperkuat kemandirian ekonomi daerah.