Analisis Sektor Unggulan Melalui Local Quotient (LQ)

Penentuan komoditas unggulan nasional dan daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan.

Sektor ekonomi unggulan (basis) merupakan sektor yang memiliki peranan dalam suatu perekonomian wilayah sehingga kemajuan dan kemunduran sektor ini akan mampu membawa pengaruh terhadap perekonomian wilayah tersebut. Teori basis ekonomi yang melandasi pemahaman terhadap sektor basis dalam pembangunan wilayah dipergunakan untuk mengetahui potensi atau peranan suatu sektor dalam perekonomian wilayah dan efek yang ditimbulkannya.

Richardson (2002) secara terpisah juga mengemukakan bahwa metode LQ adalah metode yang paling lazim digunakan dalam mengidentifikasi aktifitas basis dan non basis. Hal ini disebabkan karena metode ini mempunyai beberapa kebaikan, antara lain adalah: 1) modelnya sederhana, 2) memperlihatkan penjualan barang-barang antara, 3) dapat diterapkan untuk data historis guna melihat kecenderungan, 4) mudah diterapkan, dan 5) relatif murah dalam mengoperasikannya.

Adapun fungsi Location Quotient diperoleh dengan cara membagi total proporsi produksi suatu sektor produksi terhadap produksi keseluruhan daerah dengan total proporsi produksi sektor produksi yang sama terhadap produksi keseluruhan nasional pada tahun yang sama. Atau dapat dirumuskan dengan:

Dari fungsi tersebut dapat kita dapat menentukan sektor basis maupun non-basis bagi perekonomian suatu daerah dengan ketentuan:

–          LQ>1 (sektor basis)

–          LQ<1 (sektor non-basis)

Sektor basis sendiri merupakan indikator untuk mengetahui suatu bidang perekonomian yang dijadikan sektor ekspor dari daerah tersebut. Teori ekonomi basis mengklarifikasikan seluruh kegiatan ekonomi ke dalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis.

Yang dimaksud kegiatan basis merupakan kegiatan suatu masyarakat yang hasilnya baik berupa barang maupun jasa ditujukan untuk ekspor ke luar dari lingkungan masyarakat atau yang berorientasi keluar, regional, nasional dan internasional. Konsep efisiensi teknis maupun efisiensi ekonomis sangat menentukan dalam pertumbuhan basis suatu wilayah.

Sedangkan kegiatan non basis merupakan kegiatan masyarakat yang hasilnya baik berupa barang atau jasa diperuntukkan bagi masyarakat itu sendiri dalam kawasan kehidupan ekonomi masyarakat tersebut. Konsep swasembada, mandiri, kesejahteraan dan kualitas hidup sangat menentukan dalam kegiatan non basis ini.

Meski demikian dalam menerapkan metode ini, tetap diperlukan asumsi dalam pengukurannya. Adapun asumsi yang digunakan pada saat menganalisis dengan menggunakan analisis LQ antara lain adalah:

–    Semua penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan nasional (daerah referensinya), kondisi ini mengasumsikan bahwa pola pengeluaran secara geografis adalah sama.

–    Produktivitas tenaga kerja di seluruh daerah adalah sama.

–    Setiap sektor dalam perekonomian menghasilkan output atau produk yang homogen.

Di sisi lain, kegunaan utama dengan menggunakan analisis LQ adalah:

Untuk mengestimasi jumlah/kapasitas ekspor –baik barang/jasa atau tenaga kerja– yang terjadi di masyarakat atau daerah dengan mudah dan murah, dibandingkan apabila harus melakukan survei secara langsung ke lapangan.

Melihat seberapa besar suatu sektor mampu memenuhi kebutuhannya sendiri (self sufficient) dalam produksi atau tenaga kerja.

Untuk melihat stabilitas perekonomian suatu daerah secara keseluruhan, dimana kestabilan ini selalu dikaitkan dengan keragaman pada basis ekonomi yaitu bahwa output atau tenaga kerja tidak terkonsentrasi pada beberapa sektor saja.

Basis ekonomi seharusnya tersebar pada beberapa sektor dengan tujuan agar masyarakat dapat menikmati pelayanan yang lebih baik dari pemerintah daerahnya dan dapat terhindar dari kondisi buruk apabila terdapat atau muncul gangguan terhadap sektor-sektor basis tersebut.

Penulis Fadjar Ari Dewanto adalah Advisor Lepmida (Lembaga Pengembangan Manajemen dan Investasi Daerah)