Upaya menggerakkan perekonomian Indonesia harus menjangkau bisnis terkecil, di mana adopsi teknologi modern yang lebih cepat dapat memberikan manfaat yang cukup besar. Di seluruh Indonesia, sekitar 63 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menyumbang sekitar 60 persen dari PDB dan hampir semua lapangan kerja negara, sebesar 97 persen.
Dalam lima tahun terakhir kontribusi sektor usaha UMKM terhadap produk domestik bruto meningkat menjadi 60,34% dari jumlah sebelumnya yaitu 57,84%. Pelaku UMKM dalam mendorong peningkatan produktivitas dan daya saing dalam menghadapi era industri 4.0 ini harus tanggap menghadapi perubahan yang sangat cepat tidak hanya di perubahan tren pasar namun juga perkembangan teknologi.
Dalam sebuah diskusi dengan Alumni Fakultas Ekonomi Bisnis Univeritas Indonesia, disampaikan tentang peran strategis UMKM di perekonomian Indonesia. Pada tahun 2018 jumlah unit usaha UMKM adalah 64,2 juta unit usaha atau 99,9 persen dari jumlah unit usaha di Indonesia. Usaha besar di Indonesia berjumlah 5.550 unit usaha atau 0,01 persen dari total unit usaha di Indonesia. Dari sisi penyerapan tenaga kerja maka UMKM menyerap 116,98 juta tenaga kerja atau 97 persen dari jumlah pekerja di Indonesia bekerja di UMKM. Usaha besar di Indonesia menyerap 3,62 juta tenaga kerja atau 2,95 persen dari total tenaga kerja di Indonesia. Dari kontribusi kepada PDB maka UMKM menyumbangkan Rp 8.573,9 Triliun atau 61,1 persen, sedangkan usaha besar menyumbangkan 38,9 persen atau Rp 5.464,7 Triliun. Data-data ini menunjukan UMKM memainkan peranan besar untuk mendongkrak ekonomi Indonesia, dan dengan kekuatan pasar dalam negeri, UMKM membuat ekonomi Indonesia tidak banyak terdampak turunnya perdagangan internasional.
Meluasnya pandemi saat ini, sudah barang tentu menghambat aktivitas ekonomi masyarakat sehingga berdampak menurunnya pertumbuhan ekonomi. Terdapat sekitar 72,6% UMKM yang mengalami penurunan kinerja, perlunya pengeluaran modal dan sebagainya.Bisnis penting ini sangat dirugikan oleh pandemi. Sebuah survei oleh Kementerian Dalam Negeri Indonesia menyimpulkan, UMKM kehilangan lebih dari 100 juta dolar Amerika pendapatan karena pandemi, sebagian besar berasal dari daerah di luar Jakarta. Toko pakaian kecil, tukang cukur dan penata rambut, restoran, kafe, bar, dan toko makanan sangat dirugikan. Konsumen tidak lagi pergi ke lokasi bisnis ini karena takut tertular COVID-19.
Disisi lain banyak juga UMKM mengambil langkah yang optimis, yakni melakukan inovasi penambahan saluran pemasaran termasuk melalui media digital dalam rangka mendorong pengembangan bisnis. Pandemi ini menjadi katalisator dalam proses adopsi teknologi di masyarakat bahwa pembatasan aktifitas fisik menjadi suatu kebiasaan baru atau new normal di tengah berbagai kegiatan. Penggunaan teknologi digital menjadi salah satu alternatif yang dapat mengatasi kesulitan dalam melakukan berbagai macam aktivitas. Digital payment justru membuat transaksi ritel yang berbasis digital mengalami lonjakan yang sangat signifikan untuk itu sangat relevan bagi UMKM untuk menyesuaikan modal bisnis konvensional nya ke arah ini, dengan memanfaatkan platform digital yang ada. Strategi pengembangan UMKM perlu dilakukan secara end-to-end untuk meningkatkan produktivitas. Berbagai langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas, diantaranya adalah penguatan manajemen, peningkatan kualitas barang, dan peningkatan kapasitas.
Untuk menarik UMKM keluar dari masalah mereka, diperlukan upaya yang lebih besar untuk memungkinkan mereka mengadopsi teknologi modern yang dapat meningkatkan efisiensi dan memperluas pasar mereka. Diperkirakan bahwa upaya digitalisasi untuk UMKM dapat menghasilkan sekitar US$ 140 miliar dalam output ekonomi tambahan. Keuntungan UMKM sebagian besar berasal dari penjualan tambahan yang dapat dihasilkan melalui perdagangan online dan peningkatan produktivitas 10 hingga 20 persen yang umum terjadi dengan pengoptimalan operasional.
Sudah ada beberapa perusahaan di Indonesia yang melakukan terobosan. Romlah, sebuah perusahaan makanan ringan Betawi, meningkatkan pendapatan tahunannya dari US$ 850 menjadi US$ 105.000 setelah bekerja sama dengan spesialis e-commerce Tokopedia dan Bukalapak dan layanan pesan-antar makanan GoFood. Penjual lainnya, Om Botak, menjual buku, payung, dan jas hujan dan meningkatkan pendapatan tahunan menjadi US$ 140.000 setelah membuka toko online pada tahun 2011. Rata-rata, ia menerima lebih dari 450 pesanan sehari. Namun perusahaan seperti itu masih jarang di Indonesia. Hanya sekitar 0,1 persen UMKM di Indonesia yang mulai mengadopsi alat digital, dibandingkan dengan standar global 1 hingga 2 persen.
Berbagai langkah dapat dilakukan untuk membantu UMKM Indonesia memanfaatkan teknologi baru dengan lebih cepat. Pemerintah dan penyedia layanan e-commerce, misalnya, dapat bekerja sama untuk memberikan pelatihan teknologi ini bagi pemilik bisnis dan anggota staf mereka. Platform satu atap juga dapat dibuat untuk memudahkan transformasi bisnis ini. Salah satu platform semacam itu di India, misalnya, menawarkan bantuan kepada pemilik bisnis di berbagai bidang termasuk pemasaran lokal yang ditargetkan, wawasan pelanggan, dan pengadaan.
UMKM menuju Industri 4.0 adalah menjadi perusahaan memiliki skill usaha dan kemampuan digital, dari sisi sertifikasi perusahaan. Dari bidang pemasaran adalah memiliki kemampuan pemasaran melalui e-commerce. Untuk sisi financing, UMKM akan dihadapkan pada pilihan pembiayaan melalui peer-to-peer lending, komersial, obligasi, credit scoring, sekuritisasi. Dari segi transaksi pembayaran maka UMKM dapat menggunakan Alat Pembayaran Menggunakan Digital (APMD) dan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) adalah alat pembayaran yang berupa kartu kredit, kartu Automated Teller Machine (ATM) dan/atau kartu debet.
Untuk UMKM hal ini merupakan tantangan tersendiri karena pola usaha dan pola pikir tradisional, Keterbatasan pengetahuan & akses teknologi, Kendala akses pembiayaan. Mayoritas UMKM (66%) masih beroperasi secara terbatas. Kendala permodalan serta kekhawatiran mengenai prospek usaha ke depan menjadi penyebab. Namun sekaligus menjadi peluang karena Indonesia memiliki dukungan luas dari platform digital, perubahan perilaku konsumen semakin digital, ketersediaan sistem pembayaran digital yang handal. landskap digital dan e-commerce di Indonesia relatif luas dan menunjukkan tren yang terus meningkat. Pada pengelolaan keuangan secara digital, yang banyak menolong UMKM itu ada pada kas bon teknologi, untuk mencatat, mengingatkan kapan bayar hutang, kapan menagih dan banyak UMKM menggunakannya.
Untuk meningkatkan produktivitas UMKM memerlukan kemampuan wirausaha, kepemimpin, kreatifitas dan inovasi. Kreativitas adalah kemampuan atau tindakan untuk membayangkan sesuatu yang orisinal atau tidak biasa. Inovasi adalah implementasi dari sesuatu yang baru. Penemuan adalah kreasi dari sesuatu yang belum pernah dibuat sebelumnya dan diakui sebagai hasil dari beberapa wawasan unik. Kreatifitas diperlukan oleh UMKM untuk melalui pandemi ini, tidak ada yang membuat kita berhenti dengan halangan yang ada, inovasi juga tidak boleh berhenti untuk membawa pertumbuhan UMKM menjadi kompetitif ditengah dunia. Namun kreatifitas dan inovasi tidak akan berkembang kalau tidak dikembangkan secara komersial, melalui kemampuan entrepreneurship yang mengandung resiko keuangan, dimana UMKM harus berani untuk mengambilnya. Banyak UMKM memerlukan dukungan untuk memiliki semangat sebagai wirausaha dan memimpin dengan baik untuk melahirkan UMKM yang menjadi bantalan ekonomi Indonesia.