(Photo: Kemen BUMN)

Investasi Energi Terbarukan Indonesia Belum Mencapai Target Karena Hambatan Regulasi

(Beritadaerah – Nasional) Menurut laporan baru OECD Indonesia dapat menjadi pemimpin dunia dalam energi bersih dengan reformasi lebih lanjut untuk memobilisasi investasi dalam energi terbarukan dan efisiensi energi. OECD mengatakan Indonesia memiliki potensi yang belum dimanfaatkan dan sangat berlimpah untuk keuangan dan investasi di energi terbarukan dan efisiensi energi. Energi terbarukan ini merupakan kunci untuk mempercepat transisi negara energi hijau dan mendukung pemulihan yang berkelanjutan dari krisis COVID-19 . Reformasi untuk menciptakan peraturan lingkungan yang jelas dan konsisten untuk energi terbarukan, misalnya dengan menggunakan tender kompetitif untuk mendorong persaingan dan pengurangan biaya, dapat membantu mengatasi kekurangan investasi ini. Pengenalan terhadap standar kinerja energi di Indonesia baru-baru ini harus mendorong penggunaan solusi efisiensi lebih lanjut.

Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann mengatakan: ” sektor energi bersih akan memainkan peran penting dalam mendukung pemulihan hijau Indonesia,”  mempresentasikan laporan tersebut bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Airlangga Hartarto pada acara peluncuran virtual. “Menciptakan peraturan lingkungan yang sehat, transparan, dan dapat diprediksi adalah kunci untuk menarik ratusan miliar dolar investasi swasta yang dibutuhkan untuk mendorong transisi energi bersih Indonesia, dan pemulihan hijau negara secara lebih luas.”

Indonesia CEFIM Review – OECD

Dengan geografi vulkaniknya yang luas, potensi Indonesia untuk menghasilkan panas bumi dan tenaga air termasuk yang terbesar di dunia. Peluang untuk energi tidal dan energi matahari juga besar. Namun, investasi dalam energi terbarukan sejauh ini belum mencapai tingkat yang dibutuhkan Indonesia untuk mencapai target energi bersih tahun 2025, sebagian karena hambatan regulasi. Pada 2019, Indonesia telah memanfaatkan kurang dari 2% dari total potensi energi terbarukan.

Pasar layanan energi Indonesia sebagian besar terbatas pada perusahaan teknik kecil, dan bahan bakar fosil terus mendominasi investasi listrik, di mana untuk setiap dolar yang diinvestasikan dalam pembangkit listrik terbarukan pada 2019, tiga dolar diinvestasikan dalam tenaga batu bara. Ini terlepas dari kenyataan bahwa biaya teknologi terbarukan umumnya kompetitif, terutama dibandingkan dengan generator diesel yang ada di mana-mana di luar wilayah Jawa.

Kajian tersebut merekomendasikan agar Indonesia menggunakan periode pemulihan pascapandemi sebagai kesempatan untuk beralih dari bahan bakar fosil dan memulai jalur rendah karbon. Memperluas akses perusahaan ke energi terbarukan juga akan membantu menjadikan Indonesia tujuan investasi yang lebih kompetitif, karena perusahaan terus menjanjikan lebih banyak aksi iklim. Insentif lebih lanjut diperlukan, bagaimanapun, dan otoritas publik dapat memimpin dengan contoh, misalnya dengan membangun upaya baru-baru ini untuk mendapatkan penerangan jalan efisiensi tinggi.

Bantuan dari masyarakat internasional juga dapat memainkan peran kunci dalam membantu Indonesia mempercepat transisi energi bersihnya. Mitra internasional dapat membantu mengembangkan jaringan proyek efisiensi energi dan energi terbarukan yang kuat, misalnya dengan memberikan bantuan teknis untuk pelatihan dan pengembangan kapasitas yang ditujukan untuk audit energi tingkat investasi bersertifikat.

Fadjar/BD
Editor: Handi Fu