Nusantara, Ibu Kota Negara Baru Indonesia

(Beritadaerah – Kolom) Presiden Jokowi melalui cuitannya tanggal 6 Mei 2019 mempertegas tentang rencana pemindahan ibukota negara Indonesia. Jokowi menulis di akun twitter nya: “Pemerintah serius soal pemindahan ibu kota negara. Sejak tahun lalu Bappenas mengkaji sisi ekonomi, sospol, dan lingkungan soal ini. Tiga daerah siap dengan lahan 80.000, 120.000, bahkan 300.000 ha. Yang dipilih kita putuskan setelah konsultasi dengan lembaga negara terkait.”

Menarik untuk disimak bahwa wacana pemindahan ibu kota negara ini sudah dimulai sejak era zaman presiden Soekarno. Pada tanggal 8 Mei 2019, Jokowi mengunjungi Palangkaraya Kalimantan Tengah dan kembali melalui twitter nya mengirimkan pesan: “Tiang batu pertama pembangunan Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, yang dipancangkan oleh Presiden Soekarno, 62 tahun lampau, tak jauh dari Sungai Kahayan. Saya menyambangi Tugu Soekarno ini kemarin, saat meninjau salah satu lokasi alternatif pemindahan ibu kota negara.” Instagram Sekretaris Kabinet melengkapi cerita ini dengan menulis: di Palangkaraya memang ada monumen dimana Bung Karno pada tahun  memancang dengan kayu ulin sebagai penanda kota Palangkaraya Kalimantan Tengah sebagai alternatif pemindahan ibukota Indonesia bila Jakarta sudah padat (cerita dari pelaku sejarah yang ikut memancang kayu ulin tersebut, bapak Lewis KDR). Sejarah juga mencatat bahwa pemindahan ibu kota telah dilanjutkan oleh presiden Soeharto dan kemudian oleh presiden SBY. Lebih mundur ke belakang, pemindahan ibu kota sudah pernah dilakukan ketika usia Indonesia masih satu tahun,  dari Jakarta ke Yogyakarta (1946) kemudian ke Bukittingi pada tahun 1948 dengan tujuan untuk mengatasi gempuran Belanda pada waktu itu.

Urgensi Pindahnya Ibu Kota Negara

Saat ini, terjadi krisis ketersediaan air di Pulau Jawa dan Bali. Kondisi paling buruk berada di daerah Jabodetabek dan Jawa Timur. Dalam beberapa dasawarsa terakhir, Pulau Jawa mengalami konversi lahan terbesar diantara gugus pulau lainnya di Indonesia. Dan tren tersebut diperkirakan akan berlanjut hingga beberapa tahun kedepannya.

Pertumbuhan urbanisasi sangat tinggi : dampak kemacetan tinggi dan kualitas udara tidak sehat, Pada tahun 2013 Jakarta menempati peringkat ke-10 kota terpadat di dunia (UN, 2013). Pada tahun 2017 menjadi Peringkat ke-9 kota terpadat di dunia (WEF, 2017). Tingginya jumlah penduduk diikuti dengan jumlah pergerakan ulang-alik penduduk yang besar. Commuting Time 2-3 jam/trip atau 4-5 jam/roundtrip. Indeks kemacetan berada di peringkat ke-7 dari 403 kota yang disurvei di 56 negara (Tomtom, 2018). Kemacetan tinggi menyebabkan polusi udara. Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk di dunia (AirVisual, Agustus 2019).

Penurunan daya dukung lingkungan Jakarta, Air Tanah 7, 5-10 cm per tahun permukaan air tanah turun. Kualitas air 57% Air waduk tercemar berat, 61% Air sungai tercemar berat. Ketangguhan 25-50 cm (tahun 2050) kenaikan muka air laut.

Ancaman bahaya banjir, gempa bumi, dan tanah turun di Jakarta, Sekitar 50% wilayah Jakarta memiliki tingkat keamanan banjir di bawah 10 tahunan (ideal kota besar minimum 50 tahunan). Wilayah Jakarta terancam oleh aktivitas Gunung Api (Krakatau, G.Gede) dan potensi gempa bumi-tsunami Megathrust selatan, Jawa Barat dan Selat Sunda dan gempa darat Sesar Baribis, Sesar Lembang, dan Sesar Cimandiri. Tanah turun mencapai 35-50 cm selama kurun waktu tahun 2007-2017.

Pembelajaran Pemindahan Ibu Kota Negara

 

Dari Rio De Janeiro ke Brasilia, Brasil.

 

Lokasi Ibu Kota negara Brasilia dipindahkan dari Rio De Janeiro ke Brasilia. Lokasinya berada di tengah negara, sejauh 934 km dari Rio De Janeiro, Ibu Kota Negara sebelumnya. Kota Brasilia mulai dibangun pada tahun 1957 dan resmi dipindahkan pada tahun 1960. Alasan mengapa pemindahan Ibu Kota dilakukan adalah untuk memperbarui kebanggaan nasional dengan membangun ibu kota modern abad 21. Mengintegrasikan dan menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi dan politik di tengah wilayah negara. Membangun interkonektivitas antar wilayah dan memindahkan pusat gravitasi ekonomi dan politik dari wilayah pesisir ke tengah wilayah Brasilia.

Ibu kota Brasilia sebelumnya berlokasi di pantai Atlantik, sebagai konsentrasi ekonomi berorientasi ekspor, dengan simbol dominasi kolonial Portugis Konsep Perencanaan. Ibu Kota Brasilia dianggap sebagai deklarasi kemerdekaan budaya Brasil, dan ditegaskan dengan elemen khas Brasilia dalam gaya arsitektur kota.

Master Plan kota Brasilia berbentuk pesawat terbang, melambangkan representasi Brasilia sebagai “the capital of the airplane”, tempat pertama dibangunnya akses Jet, berbeda dengan Ibu Kota terdahulu yang lebih menekankan akses kapal laut. Lebih dari 50% wilayah Brasilia merupakan ruang terbuka hijau meliputi: Park, Green Spaces, Zoo, Botanical Garden, dan Sport Complex. Perkembangan saat ini, jumlah Penduduk 4.5 Juta jiwa (2019), dibandingkan pada saat pertama pemindahan sekitar 136 ribu jiwa (1960) dengan GDP $ 51.715.862 (2015) atau GDP per kapita $15.506,38 (2012).

Dari Melbourne, Canberra, Australia

Lokasinya berjarak 472 km dari Melbourne, Ibu Kota Negara sebelumnya. Periode Pembangunan Tahap pembangunan 1920 – 1989 Parlemen pindah ke Canberra tahun 1927

Canberra ditetapkan sebagai Ibu Kota baru, mengakhiri debat panjang memilih Melbourne atau Sydney, sebagai ibu kota Australia . Pemindahan Ibu Kota ke Canberra untuk penguatan identitas bangsa, dan adanya isu politik di Ibu Kota sebelumnya.

Rencana dan desain ibu kota baru diperoleh dari proses kompetisi internasional tahun 1911. Mengutamakan keserasian lansekap,topografi, dan keindahan (beautiful new city) dalam memilih lokasi. Gedung pemerintahan terletak di sekitar danau buatan kawasan pemukiman memiliki area terbuka yang luas 1.716 km.

Pembangunan Australian National University sebagai magnet untuk mendorong terciptanya pengembangan ekonomi Sistem Pengelolaan. Pembentukan National Capital Development Commission (NCDP) untuk mengelola perencanaan, pengembangan, dan konstruksi, mempercepat proses pembangunan dengan berpedoman pada “Y Plan” Tahun 1989 dibentuk Australian Capital Territory (ACT) merupakan lembaga pusat yang mengelola Kota Canberra. Perkembangan Saat Ini . Jumlah Penduduk 426.700 jiwa (2019) dibandingkan saat awal pemindahan sekitar 5.915 jiwa (1927). GDP $ 39.440.000 (2018) atau GDP per kapita $ 94.831 (2018).

Harapan kita semua Ibu Kota Negara Nusantara akan mengatasi berbagai masalah Jakarta saat ini dan menjadi simbol pemersatu Indonesia yang juga akan berhasil sebagai kota yang modern yang hijau, penggerak ekonomi Indonesia di masa depan.