(Beritadaerah – Nasional) Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) siap ‘lahirkan’ 416 desa wisata baru di seluruh tanah air. Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Apkasi, Sarman Simanjorang, pada kegitan “Ekspose Pendokumentasian Best Practice dan Studi Tiru Desa Wisata” yang digelar secara daring, Selasa (19/04/2024).
“Asumsi kami memiliki 416 pemerintah kabupaten selaku anggota Apkasi dan ini yang akan kita dorong untuk minimal satu kabupaten melahirkan satu desa wisata baru,” kata Sarman dengan optimis.
Latar belakang Apkasi ingin mendorong tumbuhnya desa wisata, pertama karena Indonesia memiliki banyak potensi alam yang sangat memenuhi syarat untuk dijadikan desa wisata. Kedua, untuk menggerakkan ekonomi desa. Desa wisata akan menjadi media promosi dalam menjual beraneka ragam produk dan jasa unggulan di daerah.
Desa-desa wisata ini, bisa berbasis potensi alam, sosial budaya, religi, kelautan, pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan dan lain sebagainya.
Dalam rangka menumbuhkan potensi-potensi di daerah yang layak untuk diangkat inilah Apkasi menggelar kegiatan webinar ‘Ekspose Pendokumentasian Best Practice dan Studi Tiru Desa Wisata” sebagal langkah awal.
Ada ke tiga desa wisata yang telah berhasil meraih Anugerah Desa Wisata tingkat nasional, yakni pertama di Desa Wisata Tamansari di Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur, kedua di Desa Wisata Carangsari, Kabupaten Badung-Bali dan ketiga Desa Wisata Kaki Langit di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Sebagai rencana tindak lanjut, Apkasi akan menggelar bimbingan teknis (bimtek) dan studi tiru ke 3 destinasi desa wisata yang telah didokumentasikan tersebut. Saat ini sedang disiapkan naskah nota kesepahaman (memorandum of understanding) dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan dengan Kementerian BUMN.
“Pemulihan sektor pariwisata daerah melalui pengembangan desa wisata yang berbasis kearifan lokal menjadi prioritas program kerja Apkasi ke depan. Pengembangan desa wisata menjadi salah satu upaya percepatan pembangunan daerah secara terpadu untuk mendorong transformasi sosial, budaya, dan ekonomi desa,” kata Sarman.
Diharapkan pemerintah daerah segera melakukan identifikasi potensi yang dimilikinya untuk dikembangkan menjadi desa wisata. Hal ini sejalan dengan fokus Tourism Working Group G20 yang mengusung pemulihan sektor pariwisata melalui pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UMKM dan Community Based Tourism (CBT).
“Program ini kami kembangkan dengan pendekatan belajar antar sesama atau studi tiru antar sesama pemerintah kabupaten. Cara ini kami pandang sangat efektif agar daerah lain bisa belajar lebih cepat dan merasakan semangat yang menyala dalam membangun desa wisata yang maju, mandiri dan berkelanjutan,” pungkas Sarman.
Emy T/Journalist/BD
Editor: Emy Trimahanani