(Beritadaerah – Pemalang) Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui program Satu OPD Satu Desa telah melakukan pendampingan terhadap desa yang menyandang predikat desa miskin. Program ini untuk membantu desa dapat berkembang dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Pemprov Jawa Tengah saat ini sedang melakukan pendampingan kepada 172 desa sejak 2019. Setidaknya, 48 OPD yang terlibat dalam program tersebut dengan berbagai program, mulai dari pemberdayaan, rehab RTLH, jambanisasi, dan lainnya.
Desa Bojongnangka di Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang telah berhasil dari jerat kemiskinan berkat pendampingan yang dilakukan oleh Pemprov Jateng. Desa ini pernah menyandang predikat desa miskin, dan kini telah berkembang serta memiliki edukasi wisata.
Pada 2020, Desa Bojongnangka menjadi binaan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Jawa Tengah. Selama dua tahun, berbagai upaya dilakukan untuk mengangkat potensi desa, hingga mampu lepas dari jeratan kemiskinan. Desa kami masuk dalam kategori miskin di Kabupaten Pemalang. Sehingga mendapat pendampingan dari Pemprov Jawa Tengah sejak 2020 sampai 2021, demikian yang dikatakan Kepala Desa Bojongnangka, Wahmu.
“Kenapa kita ada pendampingan dari BKD, karena di Pemalang ada beberapa desa miskin, di antaranya Desa Bojongnangka,” kata Wahmu yang dikutip dari Jatengprov, Minggu (15/5).
Menurut Wahmu, pendampingan itu, dilakukan untuk mengangkat desa dari jeratan kemiskinan, dengan cara pendataan potensi dan mencari solusinya. Jumlah penduduk Desa Bojongnangka sekitar 9.600 jiwa lebih dengan 3.500 kepala keluarga. Dan, 99 persen bekerja sebagai petani dan buruh tani.
Pada 2019, Pemdes setempat berinisiasi untuk membangun rumah produksi pupuk organik. Namun, karena keterbatasan anggaran, mereka hanya mampu membeli mesin pencacah sampah. Bukan hanya itu, pendampingan itu juga dilakukan dengan memberikan pelatihan-pelatihan.
Ditambahkan juga oleh Wahmu, pada tahun 2020 itu ada pendampingan dari BKD dan kerja sama Bank Jateng, memberikan bantuan alat pengayak sampah, bangunan rongga untuk fermentasi, tempat sampah, dan becak pengangkut sampah. Nah, saat itu produksi pupuk organik bisa beroperasi.
Wahmu juga menjelaskan keberhasilan dalam mengelola pupuk berbahan sampah organik dari warga itu, kemudian dikembangkan menjadi eduwisata sawah. Selain bisa belajar mengelola pertanian dengan pupuk organik, pengunjung juga bisa menikmati kuliner khas desa dan berswafoto.
Sementara, petani Desa Bojongnangka, Carmo mengaku senang desanya telah mampu memproduksi pupuk organik sendiri. Hasilnya bagus. satu hektare sawah, ditanami padi dan jagung serta kualitasnya bagus.
Editor: Handi Fu