Papua
Pasar Menawi di kepulauan Yapen Serui, Papua di distrik Angkaisera (Foto: Yansen BD),1

Indikator Demografi Penduduk Papua

(Beritadaerah-Kolom) Menurut data potensi desa tahun 2018, di Provinsi Papua terdapat 5.552 wilayah setingkat desa, 576 kecamatan, 29 kabupaten/kota. Dari sejumlah desa tersebut, terdiri atas 5.456 desa dan 96 kelurahan.

Sensus Penduduk Tahun 2020 mencatat penduduk Papua pada bulan September 2020 sebanyak 4,30 juta jiwa. Dibandingkan dengan hasil sensus sebelumnya, jumlah penduduk Papua mengalami peningkatan.

Dalam jangka waktu sepuluh tahun sejak 2010, jumlah penduduk Papua bertambah sekitar 1,47 juta jiwa dengan laju pertumbuhan (2010-2020) sebesar 4,13 persen pertahun.

Baca juga :Jumlah Penduduk Papua September Tahun 2020 Mencapai 4,30 Juta Jiwa

Berdasarkan kesesuaian alamat domisili dan Kartu Keluarga (KK)/ Kartu Tanda Penduduk (KTP), dari 4,30 juta jiwa sebesar 3,99 juta jiwa (92,83 persen) penduduk Papua berdomisili sesuai KK/KTP.

Sementara sisanya sebesar 308 ribu jiwa (7,17 persen) adalah penduduk yang berdomisili tidak sesuai KK/KTP.

Dilihat dari penduduk menurut generasi, mayoritas penduduk Papua didominasi oleh Milenial dan Generasi Z dengan proporsi masing-masing sebesar 32,09 persen dan 30,38 persen.

Tercatat jumlah penduduk laki-laki di Provinsi Papua sebanyak 2,29 juta jiwa atau 53,32 persen dari total penduduk.

Sementara penduduk perempuan sekitar 2 juta orang atau 46,68 persen dari total penduduk Papua.

Rasio jenis kelamin penduduk Papua sebesar 114, yang artinya terdapat 114 laki-laki untuk setiap 100 perempuan di Provinsi Papua pada tahun 2020.

Penduduk Miskin

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua pada September 2021 mencapai 944,49 ribu orang. Dibandingkan Maret 2021, jumlah penduduk miskin meningkat 24,05 ribu orang.

Sementara jika dibandingkan dengan September 2020, jumlah penduduk miskin meningkat sebanyak 32,36 ribu orang.

Papua
Anak-anak di Kampung Buetkwar, Distrik Akat, Kabupaten Asmat, Papua saat sosialisasi hidup sehat dari petugas Puskesmas (Foto: Tin Rumbo/ Beritadaerah)

Persentase penduduk miskin pada September 2021 tercatat sebesar 27,38 persen, naik 0,52 persen poin terhadap Maret 2021 dan naik 0,58 persen poin terhadap September 2020.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2021–September 2021, jumlah penduduk miskin perkotaan naik sebesar 0,87 ribu orang, sedangkan di perdesaan naik sebesar 23,18 ribu orang.

Persentase kemiskinan di perkotaan naik 0,03 persen poin dari 4,91 persen di Maret 2021 menjadi 4,94 persen pada September 2021.

Begitu pula persentase kemiskinan di perdesaan, naik 0,79 persen poin dari 35,71 persen pada Maret 2021 menjadi 36,50 persen pada September 2021.

Pada September 2021, Provinsi Papua merupakan wilayah dengan persentase penduduk miskin tertinggi, yaitu sebesar 27,38 persen.

Sementara itu, persentase penduduk miskin terendah di Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu sebesar 4,56 persen.

Secara nasional, persentase penduduk miskin pada September 2021 sebesar 9,71 persen, dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 25,50 juta orang.

Garis Kemiskinan merupakan suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan non makanan yang harus dipenuhi agar tidak dikategorikan miskin.

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.

Garis Kemiskinan pada September 2021 adalah sebesar Rp 600.795,- per kapita per bulan.Dibandingkan Maret 2021, Garis Kemiskinan naik sebesar 1,49 persen. Sementara jika dibandingkan September 2020, terjadi kenaikan sebesar 3,50 persen.

Gini Ratio

Pada September 2021, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Provinsi Papua yang diukur oleh Gini Ratio adalah sebesar 0,396.

Angka ini menurun sebesar 0,001 poin jika dibandingkan dengan Gini Ratio September 2020 yang sebesar 0,395.

Gini Ratio di daerah perkotaan pada September 2021 tercatat sebesar 0,307 naik dibanding Gini Ratio Maret 2021 yang sebesar 0,301, dan Gini Ratio September 2020 yang sebesar 0,291.

Sementara itu, Gini Ratio di daerah perdesaan pada September 2021 tercatat sebesar 0,419, turun dibanding Gini Ratio Maret 2021 yang sebesar 0,422 dan naik dibanding Gini Ratio September 2020 yang sebesar 0,416.

Berdasarkan ukuran ketimpangan Bank Dunia, pada September 2021 distribusi pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah adalah sebesar 15,94 persen.

Hal ini berarti pengeluaran penduduk pada September 2021 berada pada kategori tingkat ketimpangan sedang.

Jika dirinci menurut wilayah, di daerah perkotaan angkanya tercatat sebesar 20,80 persen yang berarti tergolong pada kategori ketimpangan rendah.

Sementara untuk daerah perdesaan, angkanya tercatat sebesar 15,51 persen, yang berarti tergolong dalam kategori ketimpangan sedang.

Gini Ratio jika dilihat menurut provinsi, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai nilai Gini Ratio tertinggi yaitu sebesar 0,436. Sementara Gini Ratio terendah tercatat di Provinsi Bangka Belitung dengan Gini Ratio sebesar 0,247.

Jika dibandingkan dengan Gini Ratio nasional yang sebesar 0,381, Provinsi Papua baik pada periode Maret 2021 maupun September 2021, termasuk salah satu provinsi yang memiliki angka Gini Ratio lebih tinggi dari Gini Ratio nasional.

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia Papua tahun 2021 kembali meningkat sebesar 0,30 persen menjadi 60,62.

Setelah pada tahun 2020 yang lalu sempat turun -0,66 persen dari 60,84 pada tahun 2019 menjadi 60,44 pada tahun 2020.

Peningkatan ini sejalan dengan IPM Indonesia yang juga meningkat pada tahun 2021 ini sebesar 0,49 persen menjadi 72,29.

Peningkatan IPM Provinsi Papua tahun 2021 terjadi karena meningkatnya seluruh komponen penyusun IPM Provinsi Papua tahun 2021.

Pada periode 2020-2021, komponen Umur Harapan Hidup (UHH) naik 0,21 persen menjadi 65,93 tahun, Harapan Lama Sekolah (HLS) naik 0,27 persen menjadi 11,11 tahun.

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) naik 1,05 persen menjadi 6,76 tahun, dan Pengeluaran per kapita yang disesuaikan naik 0,01 persen menjadi Rp 6,955 juta per tahun.

Baca juga :Wapres Minta Program Pembangunan Kesejahteraan di Papua Segera Dilaksanakan

Seluruh kabupaten/kota di Provinsi Papua juga mengalami peningkatan angka IPM pada tahun 2021. Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan tahun 2020 yang lalu dimana IPM pada hampir separuh kabupaten/kota di Papua menurun.

Pada tahun 2021, status IPM Kota Jayapura kembali meningkat menjadi “Sangat Tinggi”, setelah sempat turun pada tahun 2020 yang lalu.

Capaian ini sekaligus menjadikan Kota Jayapura sebagai satu-satunya wilayah di Papua dengan status IPM sangat tinggi.

Sementara, ada 4 kabupaten dengan status IPM “Tinggi” yaitu Kabupaten Jayapura, Biak Numfor, Mimika, dan Merauke.

Untuk kabupaten/kota dengan status IPM “Sedang” ada sebanyak 7 kabupaten yaitu Nabire, Kepulauan Yapen, Sarmi, Keerom, Waropen, Supiori dan Boven Digoel.

Sementara itu, sebagian besar kabupaten status “Rendah” sebanyak 17 kabupaten yaitu Jayawijaya, Paniai, Puncak Jaya, Mappi, Asmat, Yahukimo, Pegunungan Bintang, Tolikara, Nduga Lanny Jaya, Mamberamo Tengah, Yalimo, Puncak, Dogiyai, Intan Jaya, Deiyai dan Mamberamo Raya.

Kabupaten Nduga merupakan kabupaten dengan IPM terendah di Papua hanya sebesar 32,84. Sedangkan Kota Jayapura sebagai ibukota Provinsi Papua tercatat memiliki pembangunan manusia tertinggi dibandingkan kabupaten lainnya di Papua.

Kabupaten/kota dengan kemajuan pembangunan manusia paling cepat yaitu: Kabupaten Nduga (4,09 persen), Pegunungan Bintang (1,85 persen), dan Lanny Jaya (1,71 persen).

Sedangkan kabupaten/kota yang mengalami peningkatan paling kecil yaitu Kepulauan Yapen (0,09 persen), Keerom (0,14 persen) dan Boven Digoel (0,15 persen).

Indeks Kebahagiaan

Indeks Kebahagiaan Provinsi Papua tahun 2021 sebesar 69,87, lebih tinggi dibandingkan tahun 2017 yang hanya 67,52.

Jika dilihat dari masing-masing dimensi penyusunnya, Indeks Kepuasan Hidup tahun 2021 sebesar 73,23, lebih tinggi dibandingkan tahun 2017 yang hanya 71,07.

Demikian juga dengan masing-masing subdimensinya, Subdimensi Kepuasan Hidup Personal tahun 2021 sebesar 68,95 lebih tinggi dibandingkan tahun 2017 yang hanya 65,98 dan Subdimensi Kepuasan Hidup Sosial tahun 2021 sebesar 77,50, lebih tinggi dibandingkan tahun 2017 sebesar 76,16.

Sedangkan pada Indeks Perasaan (Affect) tahun 2021 sebesar 63,72, justru lebih rendah dibandingkan tahun 2017 yang mencapai 68,59. Demikian juga dengan Indeks Dimensi Makna Hidup (Eudaimonia) tahun 2021 sebesar 72,07, lebih rendah dibandingkan tahun 2017 yang mencapai 72,23.