(Beritadaerah – Jakarta) Resiko perekonomian saat ini bergeser dari pandemi ke gejolak ekonomi global. Inflasi global melonjak akibat supply disruption karena pandemi dan perang Rusia-Ukraina, yang disertai dengan adanya pengetatan kebijakan moneter di negara-negara maju. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Q2 tercatat tetap impresif dan kinerja eksternal Indonesia tetap kuat. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara saat berbicara pada Seminar Nasional Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) pada Rabu (24/8), di Semarang, Jawa Tengah.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi global dikoreksi cukup dalam (revisi ke bawah secara signifikan dan broad-based), termasuk di negara-negara besar seperti AS, Tiongkok, dan Eropa. Proyeksi inflasi direvisi ke atas akibat kenaikan harga energi dan pangan serta supply-demand mismatch yang persisten.
Namun, kinerja perekonomian domestik Indonesia menguat, walaupun tetap perlu langkah antisipasi dan mitigasi. Pertumbuhan ekonomi terus menguat meskipun dengan inflasi dalam tren meningkat, namun inflasi ini tetap terkendali.
“Kalau kita lihat Indonesia, kita bersyukur. Pertumbuhan ekonomi tahun ini sudah berkali-kali disebut yaitu 5,4% (Q2). Trennya naik. Inflasi ya naik juga, tetapi kenaikan inflasi kita itu terkontrol masih dibawah 5%,” terang Wamenkeu.
Secara khusus, Wamenkeu menggarisbawahi mengenai gejolak yang terjadi pada volatilitas harga komoditas global. Gejolak harga yang naik dan turun secara volatile ini mempersulit perencanaan yang dilakukan oleh dunia usaha dan juga Pemerintah.
Ditengah-tengah gejolak volatilitas harga komoditas global tersebut, kinerja sektor eksternal Indonesia masih cukup kuat. Kinerja ekspor dan impor masih tumbuh positif di tengah tekanan ekonomi global.
“Kita memang didukung oleh eksternal kita yang baik. Harga komoditas yang tadi tinggi meskipun bergerak-gerak, tapi tinggi, (ini) bikin ekspor Indonesia itu kinclong, neraca perdagangan kita kinclong, surplus terus beberapa bulan terakhir beberapa tahun terakhir selalu surplus. Ini modal kita,” kata Wamenkeu.
Pada bulan Juli 2022, ekspor Indonesia mencapai USD25,57 miliar dan impor mencapai USD21,35 miliar. Secara month to month ekspor terkontraksi 2,2% sedangkan impor tumbuh 1,6%. Secara tahunan dan kumulatif, ekspor dan impor menunjukkan arah positif. Ekspor tumbuh tinggi masing-masing 32,03% (yoy) dan 36,36% (ytd), sedangkan impor masing-masing tumbuh 39,86% (yoy) dan 29,38% (ytd). Neraca perdagangan Juli 2022 tercatat surplus USD4,23 miliar, meskipun turun namun masih melanjutkan tren surplus selama 27 bulan berturut-turut.