(Beritadaerah – Mataram) Kolaborasi telah menjadi jalan keberhasilan proses pembelajaran di satuan pendidikan vokasi. Demikian juga yang dilakukan oleh Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 5 Mataram, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang memiliki ide kolaborasi antarjurusan membuat produk melalui model pembelajaran dari produksi/jasa yang mengacu pada dunia usaha dan industri (teaching factory) hingga menembus pasar internasional.
Kepala SMKN 5 Mataram, Istiqlal, menjelaskab bahwa Kerjasama i antarjurusan tersebut menjadi langkah sekolah untuk melatih hard skills ataupun soft skills murid antarjurusan. “Siswa belajar untuk memproduksi barangnya secara bersama-sama. Itu mengasah kompetensi mereka. Selain itu, mereka juga dapat melatih potensi berkomunikasi dengan adanya kerja sama tersebut,
Batik Sasambo menjadi bukti nyata keberhasilan kolaborasi tersebut. Sasambo adalah singkatan dari nama suku Sasak, Samawa, dan Mbojo. Batik yang karya siswa Jurusan Tekstil SMKN 5 Mataram ini berhasil menembus pasar global dan sudah tidak lagi asing bagi warga Riyadh, Arab Saudi karena di sana batik ini tak sedikit dijadikan sebagai seragam sekolah yang wajib digunakan setiap hari Kamis.
Dengan adanya peluang pangsa pasar tersebut, Istiqlal merencanakan untuk mengikuti pameran busana yang diadakan di Arab Saudi untuk mengenalkan serta mempromosikan Sasambo di pasar global yang memiliki cakupan lebih luas.
Melihat permintaan pasar yang cukup tinggi, kolaborasi antarjurusan juga harus mulai dibangun. Bersama Jurusan Desain Komunikasi Visual, Batik Sasambo diproduksi lebih luas dengan proses yang lebih cepat.
Oleh karena itu harus diperluas kolaborasi antarjurusan. Jadi, nanti Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) kolaborasi dengan Jurusan Tekstik. Sumber daya manusia (SDM) dari DKV bisa gambar dan ada alat, nanti kita akan coba buat batik cetak/print, demikian tutur Ahyar Suharno selaku Wakil Kepala SMKN 5 Mataram.
Tidak hanya itu, pemasaran Batik Sasambo kini sudah memasuki e-commerce di pasar internasional seperti platform digital Amerika. “Seluruh kantor di NTB ini sudah menggunakan Batik Sasambo. Sedangkan di platform digital, batik kami sudah bekerja sama dengan pemasok tekstil (apparel) di Amerika, contohnya Batik Sasambo motif Lumbung,” sambung Istiqlal.
Ke depan, Jurusan DKV akan membuat klinik desain yang menjadi inkubator bisnis yang menawarkan jasa desain. “Kita punya alat itu, nanti kita hubungi anak yang tidak kuliah, tetapi mereka aktif. Nanti kalau ada stakeholder yang mau mendesain dipersilakan, bikin klinik desain, bikin konsultasi desain,” imbuh Ahyar.
Jargon Sasambo ini berasal dari Sasak, Samawa, dan Mbojo yang merupakan etnik grup dari NTB. Sasambo memiliki makna orang Sasak yang tinggal di Lombok. Kemudian, Mbojo yang berarti orang yang tinggal di Bima, juga Samawa yang berarti orang yang tinggal di Sumbawa.
Kini produk hasil teaching factory tersebut menjadi semakin tak asing didengar warga lokal maupun internasional. Hadirnya SMK PK pada Jurusan DKV juga menjadi kombinasi yang menarik dalam mengembangkan produk hingga menembus pasar global. Dan Produk hasil tradisional ini memberikan kebanggaan tersendiri bagi warga NTB dan bangsa Indonesia, sebab dapat memperkenalkan produk budaya Indonesia bahkan dikenakan sampai ke manca negara.