Kelor
Ilustrasi tanaman Kelor yang diharapkan bersaing dengan Ginseng dari Korea (Foto: Freepik)

Kelor Indonesia versus Gingseng dari Korea

(Beritadaerah – Komoditi) Tanaman Kelor yang bernama latin Moringa Oleifera Lam mendadak menjadi primadona di masa pandemi. Salah satu daerah penghasil kelor di Indonesia adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) pun.

Pohon kelor tergolong dalam genus Moringaceae. Diyakini berasal dari kaki bukit Himalaya, meliputi area Pakistan, India, Nepal dan Bangladesh. Saat ini, tanaman tersebut tersebar luas dan banyak dibudidayakan di negara tropis.

Pemerintah daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) mencanangkan gerakan menaman kelor dan mewajibkan masyarakatnya mengonsumsi kelor. Khasiatnya terutama bagus bagi ibu hamil dan menyusui.

Menkes Budi Gunadi Sadikin meminta agar manfaat tumbuhan kelor diteliti secara serius. Tujuannya agar dapat masuk pasar global seperti ginseng dari Korea Selatan. Kelor juga dijuluki sebagai The Miracle Tree oleh World Healthy Organization.

Peneliti Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan Ridwan mengungkap berbagai fakta yang menunjukkan manfaat kelor.

Selain diolah sebagai bahan pangan, kelor juga dapat diolah sebagai campuran herbal. Kandungan vitamin dan mineral dalam kelor terbukti mencukupi gizi harian yang dibutuhkan oleh tubuh. Bahkan, kandungan kalsiumnya pun melebihi susu hewani.

Berdasarkan beberapa literatur, Ridwan juga mengungkapkan bahwa susu sapi rata-rata mengandung 143mg/100 gr kalsium, sedangkan kandungan kalsium daun kelor kering dapat mencapai 17 kali lipatnya. Ridwan pernah menganalisis dan membandingkan kandungan kalsium daun kelor dari beberapa daerah di Indonesia. Hasilnya ada yang mencapai hingga 21 kali lipat, yaitu mencapai 3000mg/100gr.

Tanaman itu juga memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, sekitar 25-34 persen, setara dengan kandungan protein pada kacang-kacangan. Merujuk dari data tersebut, memang masih belum sebanding dengan kandungan protein biji kedelai yang mencapai 36 persen.

Selain mengandung kalsium dan protein, kelor juga mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder yang berfungsi sebagai antibakteri, antioksidan, antifungi, antiinflamasi, antikanker, anti obesitas, dan anti kolesterol.

Pembudidayaannya sangat mudah. Perbanyakan dapat dilakukan secara vegetatif dengan stek batang dan generatif dengan biji. Perbanyakan dengan stek batang dan biji masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Perawatan tanaman kelor tidak terlalu mudah. Pengairan secukupnya dan jangan sampai tergenang. Jika kelebihan air tanaman kelor sangat rentan terkena penyakit busuk akar. Di Indonesia, distribusi kelor hampir tersebar di seluruh pulau dan memiliki potensi lain yaitu untuk memperoleh variabilitas genotipe unggul dengan produksi biomassa daun dan kandungan flavonoid yang tinggi.

Jadi sederet bukti telah menunjukkan jika kelor merupakan tanaman ajaib dan mampu bersaing dengan ginseng yang telah mendunia.