(Beritadaerah – Cibodas) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam keterangan persnya hari Minggu (26/5), menyampaikan indukan bunga bangkai dengan nomor koleksi 28 di Kebun Raya Cibodas (KRC), Kecamatan Cimacan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat kembali mekar untuk ketujuh kalinya dengan ketinggian mencapai 340 centimeter atau 3,4 meter. Induk tanaman tersebut dikoleksi oleh almarhum R. Subekti Purwantoro, dan kawan kawan pada 2000 yang diperoleh dari Sungai Manau, Batang Suliti, Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatera Barat.
Bunga bangkai tersebut mekar sempurna tepat pada Sabtu (25/5) pukul 22.03 WIB dengan tinggi spadik 340 sentimeter atau 3,40 meter dan lebar spatanya 159 centimeter. Tanaman bunga bangkai yang baru mekar ke tujuh kalinya itu diperkirakan sudah berumur 35 tahun.
Indukan bunga bangkai atau Amorphophallus titanum Becc mekar pertama kali pada 2003 dengan ketinggian 2,7 meter. Kemudian pada 2007, bunga tersebut mekar kembali dengan ketinggian mencapai 3,17 meter, tahun 2011 mencapai 3,2 meter, tahun 2016 mencapai 3,735 meter, tahun 2017 mencapai 3,4 meter, dan tahun 2020 mencapai 3,52 meter.
Sebagai informasi bahwa bungkai bangkai merupakan tanaman yang termasuk dalam kategori spesies terancam punah berdasarkan penilaian dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) tahun 2018, dan tanaman tersebut dilindungi keberadaannya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999.
Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Destri, mengatakan, ketika berbunga pada 2016 (3,735 meter) dan langsung berbunga lagi di 2017 (3,4 meter) tanpa ada fase vegetatif. Sehingga, mempengaruhi cadangan makanan yang terdapat di umbi, karena untuk sekali berbunga akan membutuhkan energi besar.
Destri juga menjelaskan, jika nanti akan ada masa tanaman bunga bangkai berada pada fase atau fenomena, di mana saat cadangan makanan terkumpul sangat banyak, maka tanaman ini akan berbunga dengan ketinggian yang lebih dari biasanya.
Tanaman yang memiliki bentuk perbungaan menjulang tinggi dengan tongkol atau spadiks yang dikelilingi oleh seludang bunga (spatha) yang saat mekar berwarna merah hati itu termasuk tanaman asli Indonesia endemik Sumatera. Tanaman tersebut selain memiliki aroma yang khas seperti bau bangkai, juga mempunyai perbungaan terbesar di dunia atau disebut sebagai the giant inflorescent in the world.
Tanaman tersebut memiliki masa berbunga empat tahun sekali dengan tiga fase pertumbuhan, yaitu fase vegetatif (berdaun), generatif (berbunga), dan fase dorman (istirahat). Saat tanaman ini berbunga, kita hanya bisa menikmatinya selama tiga hingga lima hari. “Hal tersebutlah yang menarik perhatian masyarakat untuk melihatnya,” ujar Destri.