Wisatawan

Karakteristik Wisatawan Nusantara

(Beritadaerah-Kolom) UNWTO mencatat bahwa wisatawan domestik (wisatawan nusantara) memiliki peran yang tidak kalah penting dibandingkan wisatawan mancanegara dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada level global, jumlah wisatawan nusantara di tahun 2020 mencapai 6 kali lipat dibandingkan jumlah wisatawan internasional (mancanegara). Bahkan, pengeluaran wisatawan nusantara mencapai 75 persen dari total pengeluaran turis di negara-negara OECD (UNWTO, 2020).

Dalam lampiran PP No. 18 Tahun 2020 tentang narasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RJPMN) 2020-2024 menyatakan bahwa salah satu proyek prioritas strategis adalah pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas. Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah perjalanan wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Ketika rencana tersebut disusun, sudah pasti mempertimbangkan pentingnya kontribusi wisatawan nusantara sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. Sejalan dengan hal tersebut, maka penyediaan data jumlah perjalanan dan karakteristik wisatawan nusantara sangat diperlukan untuk mengidentifkasi pelaksanaan salah satu prioritas rencana Pembangunan Nasional.

Pada tahun 2023, jumlah wisatawan nusantara (wisnus) di Indonesia diperkirakan mencapai 825,80 juta perjalanan. Data tersebut meningkat cukup pesat dibandingkan kondisi tahun 2022. Hal ini mengindikasikan telah terjadi pemulihan setelah pandemi Covid-19 di 2020–2022. Pada triwulan III 2023, jumlah perjalanan wisnus lebih besar dibandingkan referensi waktu yang sama pada masa pandemi maupun sebelum pandemi. Statistik ini menghadirkan indikasi positif pada pertumbuhan di sektor pariwisata.

Menilik daerah asal dan tujuan wisatawan nusantara, tergambar bahwa provinsi dengan jumlah penduduk besar juga cenderung memiliki jumlah perjalanan wisnus yang tinggi. Kondisi ini menunjukkan bahwa perjalanan wisatawan nusantara masih didominasi oleh perjalanan dalam provinsi. Data ini bisa dijadikan acuan untuk membuat intervensi dalam meningkatkan jumlah perjalanan. Perlu perhatian untuk meningkatkan aksesibilitas maupun infrastruktur untuk mendukung perjalanan terutama antarprovinsi.

Selanjutnya, UNWTO juga menyatakan pentingnya pembangunan berkelanjutan pada sektor pariwisata dengan disusunnya kerangka pikir pengukuran pembangunan pariwisata berkelanjutan. Pariwisata berkelanjutan itu sendiri didefinisikan sebagai pariwisata yang mempertimbangkan kondisi saat ini maupun di masa mendatang terkait aspek ekonomi, sosial, lingkungan, serta komunitas lokal sebagai dampak dari kegiatan memenuhi kepentingan pengunjung dan keberlangsungan usaha pariwisata (UNWTO, 2023).

Perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) selama tahun 2023, didominasi wisnus laki-laki dibandingkan wisnus perempuan. Proporsi wisnus laki-laki yang melakukan perjalanan sebesar 66,51 persen sedangkan wisnus perempuan yang melakukan perjalanan sebesar 33,49 persen. Hal ini menyiratkan lebih banyak laki-laki yang terlibat perjalanan dibandingkan perempuan.

Meskipun demikian, dalam tiga tahun terakhir proporsi perempuan sebagai bagian pelaku perjalanan wisatawan nusantara semakin besar. Hal ini mungkin terkait dengan peningkatan transportasi atau peningkatan keselamatan perjalanan bagi perempuan yang membuat perempuan lebih merasa nyaman dan aman dalam melakukan perjalanan. Kondisi ini juga sejalan dengan semakin meningkatnya peran perempuan dalam dunia kerja sehingga memberikan peluang lebih besar untuk melakukan perjalanan.

Hampir 70 persen perjalanan domestik didominasi oleh generasi Millenial (25 – 44 tahun) yang memiliki tingkat stabilitas lebih baik dibandingkan generasi lainnya. Generasi Z (kurang dari 25 tahun) berada di urutan kedua, yaitu sebesar 17,99 persen merupakan pelaku wisatawan nusantara.

Menurut Damanik (2023), generasi Millenial mempunyai pengalaman perjalanan yang lebih banyak dan kemandirian finansial, dan mereka cenderung menjadikan kualitas layanan sebagai kriteria utama dalam melakukan perjalanan, sedangkan generasi Z relatif lebih sensitif terhadap harga dalam hal biaya akomodasi karena ketergantungan finansial mereka pada orang tua, sedangkan adaptasi mereka terhadap kualitas layanan yang rendah berkorelasi dengan sikap yang lebih terbuka dan pragmatis. Data ini menjadi informasi penting untuk penyediaan sarana atau prasarana penunjang kegiatan pariwisata yang sesuai dengan kebutuhan dan perilaku dari pelaku perjalanan.

Total pengeluaran wisatawan nusantara jauh lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran wisatawan mancanegara di Indonesia. Hal ini terlihat dari analisis neraca satelit pariwisata bahwa kontribusi pengeluaran pariwisata domestik (wisnus dan post dan pre trip wisnas) terhadap pengeluaran pariwisata internal (wisnus dan wisman) pada tahun 2021 meningkat menjadi 97,71 persen.

Sementara, kontribusi pengeluaran pariwisata mancanegara terhadap pengeluaran pariwisata internal (wisnus dan wisman) pada tahun 2021 hanya sebesar 2,29 persen. Ini menjadi jelas bahwa pariwisata domestik mengungguli pariwisata mancanegara dalam hal kontribusi pariwisata. Dengan jumlah perjalanan yang lebih dari 800 juta perjalanan di tahun 2023, pariwisata domestik semakin penting untuk menjadi fokus pertumbuhan ekonomi.

Secara rata-rata, pengeluaran untuk satu kali perjalanan wisnus di tahun 2023 tercatat sebesar 2,57 juta rupiah, atau naik 5,36 persen dibandingkan pengeluaran di tahun 2022. Dari sejumlah pengeluaran tersebut, 22,82 persen (587,20 ribu rupiah) digunakan untuk akomodasi, 20,93 persen (538,61 ribu rupiah) untuk transportasi, 17,69 persen (455,19 ribu rupiah) untuk makanan/ minuman, 9,33 persen (239,93 ribu rupiah) untuk cendera mata dan sisanya untuk lainnya.

Status pekerjaan memiliki korelasi terhadap pengeluaran wisnus, terutama mereka yang bekerja sebagai abdi negara, kaum professional, dan juga orang yang berstatus berusaha. Rata-rata pengeluaran wisnus yang terbesar tercatat pada mereka yang memiliki status pekerjaan militer/polisi sebesar 3,89 juta rupiah, diikuti oleh pegawai pemerintah, professional dan berusaha dengan rata-rata pengeluaran masing-masing sebesar 2,91 juta rupiah, 2,82 juta rupiah, dan 2,71 juta rupiah.

Berdasarkan daerah tujuan perjalanan wisnus, provinsi Papua masih menjadi daerah tujuan dengan rata-rata pengeluaran terbesar sekitar 7,29 juta rupiah per perjalanan dengan peruntukan terbesar untuk angkutan/ transportasi sebesar 32,01 persen (2,33 juta rupiah). Selain untuk angkutan/transportasi, pengeluaran untuk akomodasi di provinsi tujuan Papua rata-rata sebesar 1,79 juta rupiah atau 24,57 persen. Sedangkan 18,77 persen pengeluaran wisnus ke Papua digunakan untuk keperluan makanan/minuman sebesar 1,37 juta rupiah. Sisanya untuk keperluan lainnya seperti cinderamata, belanja, jasa hiburan/rekreasi, dan sebagainya.