(Beritadaerah-Merauke) Semilir angin pantai melayangkan kisah indah. Bahwa saatnya Sang Mentari singgah di peraduannya. Burung camar menghampiri laut terbang rendah. Cakrawala merah temaram memuja kebesaranNya. Tidak ada kata-kata indah yang dapat melukiskan keindahan Sang Matahari turun ke peraduannya secara perlahan di samudera jauh laut Arafuru. Sekilas puisi yang menggambarkan keindahan Pantai Payum di Merauke, Papua Selatan.
Pantai Payum dapat menjadi alternatif pilihan tepat untuk menyaksikan terbenamnya matahari, bila kita di Kota Merauke. Lokasinya berada di ujung selatan Kota Merauke, tidak jauh dari kampus terbesar di Papua Selatan, yaitu Musamus, dan tidak seberapa jauh juga dari pusat kota.
Waktu yang tepat menuju pantai payum adalah pada sore hari dengan mengendarai motor. Hampir semua penduduk Merauke memiliki kendaraan roda dua ini. Jalan menuju Pantai Payum, melewati rute jalan yang tidak ramai dilalui. Kita akan bertemu beberapa penduduk lokal yang sedang mencari ikan di rawa-rawa setempat. Biasanya mereka akan menyapa ramah dengan ucapan selamat pagi, siang, atau sore, sesuai dengan waktu berjumpa. Sebagai catatan, langit Merauke di sore hari selalu terlihat sangat indah dan teduh. sebagai seorang pelancong, saya sangat menyukai moment sore hari di Merauke.
Begitu menginjakan kaki di pantai, kaki kita langsung disambut dengan pasir pantai yang lembut berwarna kecoklatan. Gugusan pohon kelapa melambai riang ditiup angin laut yang sejuk. Memang terasa menyegarkan tiupan angin laut Arafuru di Pantai Payum. Semangat muda dalam jiwa langsung bangkit berseri diterpa deraian semilir angin Pantai Payum. Rasanya sangat segar merasakan hembusan angin menerpa kulit dan mengurai rambut.
Langit biru yang indah dan tenang, perlahan berubah menjadi jingga keemasan ditemani awan menggantung diatas laut yang terlihat seperti bergulung dan berarakan diatas laut. Sedangkan Sang Surya cemerlang, bersinar bagaikan emas murni yang kian menurun memasuki tepian laut Arafuru di ujung sana. Pantulan cahaya matahari senja, terlihat indah bagaikan garis emas di tengah perairan laut yang teduh. Sesekali burung camar berterbangan diatas laut. Mencari makan dan bersenda gurau.
Sekitar pukul 17.19 WIT, bisa jadi ini adalah waktu yang paling indah dan dramatis menyaksikan terbenamnya matahari. Dari bentuk bulat sempurna keemasan, hingga perlahan lahan Sang Surya turun ke ujung laut menjadi setengah bulatan bersinar dan makin lama makin kecil, dan lebih kecil lagi hingga tinggal setitik sinar terang di ujung laut yang tetap mengambarkan keagunganNya hingga berakhir dengan masuknya matahari ke laut tenang.
Cakrawala pun mewarnai momen ini dengan tarian indah warna biru dilangit yang berubah menjadi oranye keemasan, merah merona dan berakhir dengan biru berbaur sedikit oranye menyala dan waktu pun berganti, dari sore hari bersiap menyambut malam. Sungguh dramatis dan menakjubkan menyaksikan moment ini. Apalagi beberapa rekan yang ikut menikmati terbenamnya Matahari di Pantai Payum, Merauke, juga turut menghitung mundur dari 10 hingga 0 pada detik-detik Matahari terbenam dan tidak terlihat lagi. Sungguh mengesankan.
Pantai Payum sangat indah dan terkesan sepi penduduk, tidak seperti pantai lainnya di Merauke. Sehabis menyaksikan terbenamnya matahari, ada perasaan takjub, senang dan bahagia yang dapat kami bawa pulang dan menjadi kenangan selamanya. Pada saat meninggalkan Pantai Payum yang mempesona, masih terlihat sinar cakrawala yang menyisakan guratan merah di langit biru yang semakin meredup dan meredup, dan terbitlah bintang senja.
Penulis: Simon Wagner/Journalist