(Beritadaerah-Bali) Di Bali, pada acara High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP) 2024, diskusi mengenai pembiayaan campuran atau *blended finance* ditekankan sebagai salah satu model keuangan multipihak yang potensial. Dalam sesi tematik “G20 Bali Global Blended Finance Alliance (GBFA): Terobosan Pembiayaan Multipihak untuk Pembangunan,” permasalahan aliran dana yang dominan menuju negara maju menjadi sorotan utama. Menurut Mari Elka Pangestu, Utusan Khusus Global Blended Finance Alliance, tantangan besar yang dihadapi negara berkembang dalam mendapatkan aliran dana disebabkan oleh persepsi risiko, termasuk risiko politik, nilai tukar, hingga proyek, yang menyebabkan biaya modal tinggi dan mengurangi minat dari sektor swasta.
Untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan, kolaborasi antara seluruh elemen perekonomian dan masyarakat menjadi kunci. Banyak negara telah memprioritaskan penggunaan sumber daya publik yang efektif guna memicu investasi swasta. Di sinilah peran penting dari pembiayaan campuran yang memberikan solusi strategis, dengan membuka akses investasi ke sektor yang kurang didanai dan membantu mengatasi kendala risiko yang sering dianggap terlalu besar oleh investor.
Namun, satu kendala yang dihadapi adalah minimnya platform intermediasi yang dapat memudahkan partisipasi donor swasta dalam skema pembiayaan campuran. Dibutuhkan medium yang mampu memfasilitasi interaksi antara investor swasta dan penyedia modal agar tercipta sinergi dalam mendukung pembangunan.
Menindaklanjuti potensi pembiayaan campuran, G20 Bali 2022 memperkenalkan G20 Bali Global Blended Finance Alliance (GBFA) sebagai upaya untuk membawa perspektif global dalam pembiayaan pembangunan multipihak. Platform ini diharapkan dapat menjadi solusi tantangan global dengan memperluas skema pembiayaan campuran ke negara berkembang, termasuk negara-negara dengan tingkat pembangunan yang rendah dan pulau-pulau kecil yang sedang berkembang.