(Beritadaerah-Kolom) Literasi keuangan adalah kemampuan seseorang untuk memahami, mengelola, dan mengambil keputusan yang tepat mengenai keuangan, termasuk mengelola pendapatan, menabung, berinvestasi, dan menggunakan produk serta layanan keuangan dengan bijak. Di Indonesia, literasi keuangan menjadi salah satu fokus penting karena berperan dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Meskipun ada peningkatan dalam literasi keuangan di Indonesia, masih banyak tantangan, terutama di kalangan masyarakat yang berada di daerah terpencil dan berpenghasilan rendah. Berikut adalah penjelasan tentang literasi keuangan di Indonesia beserta contoh-contohnya:
Perkembangan Literasi Keuangan di Indonesia
1. Tingkat Literasi Keuangan yang Meningkat
– Berdasarkan survei dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), literasi keuangan di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada 2022, indeks literasi keuangan mencapai 49,68%, naik dari 38,03% pada 2019. Namun, ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh masyarakat Indonesia masih memiliki pemahaman yang rendah terhadap produk keuangan.
2. Inklusi Keuangan
– Inklusi keuangan, yang mencakup akses masyarakat terhadap produk dan layanan keuangan formal, juga mengalami peningkatan. Pada 2022, indeks inklusi keuangan mencapai lebih dari 85%. Ini berarti sebagian besar masyarakat sudah memiliki akses ke produk perbankan, asuransi, pembiayaan, dan lainnya, meskipun pemahaman terhadap produk tersebut masih bisa ditingkatkan.
3. Upaya Peningkatan Literasi Keuangan
– Pemerintah melalui OJK, Bank Indonesia (BI), dan sektor swasta telah meluncurkan berbagai program untuk meningkatkan literasi keuangan, seperti *Sikapi Uangmu*, *Literasi Keuangan Goes to Campus*, dan pelatihan-pelatihan untuk pelaku UMKM.
4. Peran Pemerintah dan Otoritas Keuangan
– Pemerintah melalui “Strategi Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan” (SNLKI) bersama dengan OJK, Bank Indonesia (BI), dan Kementerian Keuangan, terus memperkuat berbagai inisiatif untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.
– Salah satu inisiatif penting adalah kampanye “Sikapi Uangmu” yang diluncurkan oleh OJK, yang berfokus pada memberikan pemahaman mengenai pentingnya mengelola keuangan pribadi dengan baik. Selain itu, OJK juga menyelenggarakan program “Bulan Inklusi Keuangan” yang melibatkan lembaga keuangan untuk memperluas akses informasi bagi masyarakat.
5. Perkembangan Layanan Keuangan Digital
– Digitalisasi di sektor keuangan sangat berpengaruh terhadap literasi keuangan, terutama dengan munculnya platform teknologi finansial (fintech). Aplikasi-aplikasi fintech mempermudah akses terhadap layanan keuangan, seperti pembayaran digital, pembiayaan peer-to-peer (P2P), dan e-wallet. Ini sangat mendukung pertumbuhan inklusi keuangan.
– Penggunaan teknologi digital ini juga memungkinkan masyarakat di pedesaan atau daerah terpencil yang sebelumnya sulit mendapatkan akses ke layanan perbankan, kini dapat dengan mudah mengakses produk keuangan melalui aplikasi mobile.
6. Program Edukasi dan Sosialisasi Keuangan
– OJK, Bank Indonesia, dan lembaga keuangan lainnya terus memperkuat program edukasi keuangan dengan melibatkan masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, dan UMKM. Contohnya adalah ‘Literasi Keuangan Goes to Campus’, di mana mahasiswa diberikan pemahaman tentang pengelolaan keuangan dan investasi.
– Program pelatihan keuangan untuk UMKM juga terus digalakkan guna memastikan bahwa pelaku usaha kecil dan mikro dapat mengelola keuangan bisnis dengan baik, memahami akses pembiayaan, serta menggunakan layanan digital dalam aktivitas bisnis mereka.
7. Peran Sektor Swasta dan Lembaga Pendidikan
– Banyak perusahaan swasta, khususnya di sektor perbankan dan asuransi, terlibat dalam meningkatkan literasi keuangan melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan inisiatif edukasi. Beberapa bank besar di Indonesia juga menyediakan fitur edukasi di aplikasi mobile banking mereka, seperti tutorial investasi dan tabungan.
– Lembaga pendidikan juga mulai memasukkan literasi keuangan ke dalam kurikulum, baik di sekolah maupun universitas, untuk menanamkan pemahaman tentang pengelolaan keuangan sejak usia dini.
Contoh-contoh Literasi Keuangan di Indonesia
Berikut adalah beberapa contoh literasi keuangan dan penerapannya di Indonesia:
1. Tabungan
– Contoh: Membuka rekening tabungan di bank adalah salah satu bentuk dasar literasi keuangan. Orang yang melek literasi keuangan paham bahwa menabung di bank lebih aman daripada menyimpan uang di rumah, dan juga bisa memperoleh bunga tabungan.
– Penerapan di Indonesia: Banyak bank di Indonesia menawarkan program edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menabung, termasuk bagi anak-anak dan pelajar melalui program seperti *SimPel (Simpanan Pelajar).
2. Investasi
– Contoh: Berinvestasi dalam produk seperti reksa dana, saham, obligasi, atau emas menunjukkan tingkat literasi keuangan yang lebih tinggi. Orang yang paham literasi keuangan tahu bagaimana menilai risiko dan imbal hasil dari berbagai produk investasi.
– Penerapan di Indonesia: Semakin banyak platform investasi digital seperti Bareksa, Ajaib, dan Bibit yang memudahkan masyarakat untuk berinvestasi dengan nominal kecil. Platform ini juga menyediakan edukasi tentang risiko investasi.
3. Manajemen Utang
– Contoh: Orang yang memiliki literasi keuangan tahu pentingnya mengelola utang, seperti tidak mengambil utang yang melebihi kemampuan bayar dan memahami bunga pinjaman.
– Penerapan di Indonesia: Program literasi keuangan yang dijalankan oleh OJK sering kali memberikan edukasi tentang penggunaan kartu kredit secara bijak, serta cara menghindari jebakan utang dari layanan pinjaman online yang tidak terdaftar resmi di OJK.
4. Asuransi
– Contoh: Memiliki asuransi kesehatan, asuransi jiwa, atau asuransi kendaraan menunjukkan pemahaman bahwa asuransi adalah instrumen untuk mengelola risiko.
– Penerapan di Indonesia: Masih banyak masyarakat yang belum familiar dengan pentingnya asuransi. Namun, lembaga keuangan terus mendorong program edukasi agar masyarakat sadar akan pentingnya memiliki perlindungan finansial melalui asuransi.
5. Perencanaan Keuangan
– Contoh: Mengelola anggaran rumah tangga, merencanakan pensiun, atau menyisihkan dana darurat adalah bagian dari perencanaan keuangan yang sehat.
– Penerapan di Indonesia: Beberapa aplikasi keuangan lokal seperti Finansialku dan KoinWorks menyediakan fitur untuk membantu pengguna membuat perencanaan keuangan pribadi, termasuk kalkulator untuk menentukan besarnya dana darurat dan anggaran bulanan.
6. Pembiayaan Mikro untuk UMKM
– Contoh: Pelaku usaha yang memiliki literasi keuangan baik akan tahu bagaimana cara mengajukan kredit atau pembiayaan mikro untuk mengembangkan usahanya, serta memahami bagaimana melunasi pinjaman dengan benar.
– Penerapan di Indonesia:Banyak pelatihan keuangan untuk UMKM yang dilakukan oleh bank dan fintech. Salah satunya adalah program edukasi dari Pegadaian dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang membantu UMKM memahami cara memanfaatkan pinjaman usaha dan mengelola keuangan bisnis mereka.
7. Layanan Keuangan Digital
– Contoh: Memanfaatkan layanan e-wallet, seperti GoPay, OVO, atau Dana, dan memahami cara bertransaksi secara aman serta mengatur keuangan melalui aplikasi digital adalah contoh literasi keuangan di era digital.
– Penerapan di Indonesia: Penggunaan e-wallet sangat meluas di Indonesia, terutama untuk transaksi sehari-hari, seperti membayar tagihan listrik, belanja online, atau transfer uang. Banyak perusahaan fintech juga memberikan edukasi tentang keamanan dan pengelolaan transaksi digital.
Tantangan Literasi Keuangan di Indonesia
– Kesenjangan antarwilayah: Tingkat literasi keuangan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan di pedesaan dan wilayah terpencil. Masyarakat di daerah terpencil masih menghadapi keterbatasan akses informasi serta rendahnya pengetahuan tentang produk keuangan yang lebih kompleks, seperti investasi pasar modal.
– Rendahnya Pemahaman Produk Keuangan yang Lebih Kompleks: Meskipun banyak yang sudah familiar dengan produk dasar seperti tabungan dan asuransi, pemahaman terhadap produk investasi seperti reksa dana, obligasi, dan saham masih terbatas. Banyak masyarakat yang masih ragu untuk berinvestasi karena kurangnya pemahaman tentang risiko dan keuntungan.
– Kepercayaan terhadap Layanan Keuangan Digital: Beberapa segmen masyarakat masih belum sepenuhnya percaya pada layanan keuangan digital, terutama yang berkaitan dengan keamanan data dan transaksi. Edukasi mengenai keamanan digital menjadi tantangan tersendiri.
Kesimpulan
Literasi keuangan di Indonesia terus berkembang, tetapi masih ada banyak ruang untuk peningkatan, terutama dalam hal pemahaman produk yang lebih kompleks dan penyebaran akses ke layanan keuangan di seluruh pelosok negeri. Pemerintah, sektor swasta, dan lembaga keuangan terus bekerja sama untuk memberikan edukasi dan memperluas akses keuangan guna meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.