Jagung
Ilustrasi Jagung (Foto: Wikipedia)

Pola Produksi dan Konsumsi Jagung Indonesia

(Beritadaerah-Kolom) Jagung merupakan salah satu dari tiga tanaman sereal utama di dunia yang menempati posisi penting dalam perekonomian Indonesia maupun ketahanan pangan nasional. Jagung masih merupakan komoditi pangan andalan masyarakat Indonesia karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah padi/beras.

Selain untuk pengadaan pangan dan pakan, jagung juga banyak digunakan dalam industri makanan, minuman, kimia, dan farmasi. Berdasarkan komposisi kimia dan kandungan nutrisi, jagung mempunyai prospek sebagai pangan dan bahan baku industri. Pemanfaatan jagung sebagai bahan baku industri akan memberi nilai tambah bagi usaha tani komoditas tersebut. Biji jagung dapat diekstrak dan diambil minyak jagungnya menjadi minyak goreng yang lebih sehat dibandingkan minyak sawit. Jagung dapat diproses menjadi margarin dan formula makanan. Pati jagung yang biasa dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri farmasi dan makanan seperti es krim, kue, dan minuman.

Selain sebagai bagian dari sumber pangan dan bahan baku industri, kebutuhan jagung di Indonesia lebih banyak digunakan untuk pakan ternak, mulai dari kalangan peternak ayam layer (petelur), ayam pedaging, peternak ikan, sampai industri pakan ternak. Jagung merupakan komponen utama dalam produksi ransum pakan ternak.

Distribusi merupakan faktor penting agar barang yang diproduksi oleh produsen dapat sampai ke konsumen. Jagung memiliki karakteristik mudah rusak dan busuk sehingga perlu didistribusikan dengan cepat dan tepat. Distribusi perdagangan merupakan keseluruhan bentuk kegiatan perdagangan, mulai dari pengadaan komoditas dari produsen sampai dengan penyerahan komoditas tersebut kepada konsumen.

Dalam penyaluran hasil produksi dari produsen ke konsumen, terdapat beberapa jenis sistem distribusi yaitu: 1. Distribusi langsung, yaitu produsen menyalurkan hasil produksinya langsung kepada konsumen tanpa menggunakan saluran distribusi, seperti penyaluran hasil pertanian oleh petani ke pasar langsung. 2. Distribusi semi langsung, yaitu penyaluran barang hasil produksi dari produsen ke konsumen melalui badan perantara atau toko milik produsen itu sendiri. 3. Distribusi tidak langsung. Pada sistem ini produsen tidak langsung menjual hasil produksinya kepada konsumen akhir melainkan melalui perantara atau saluran distribusi.

Sistem distribusi tidak langsung berkaitan erat dengan peran dari pedagang perantara, baik pedagang besar (wholesaler) maupun pedagang eceran (retailer). Pedagang perantara tersebut berperan sebagai penghubung antara produsen dan konsumen sehingga dalam pendistribusiannya dapat terbentuk rantai distribusi perdagangan yang terdiri dari produsen, pedagang perantara, dan konsumen akhir.

Meski produksi jagung lokal cenderung meningkat setiap tahunnya, namun Indonesia tetap mengimpor jagung setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan menstabilkan harga. Data BPS menunjukkan bahwa impor jagung sepanjang Januari-September 2024 mencapai 1,38 juta ton atau senilai US$359,9 juta. Volume impor jagung tahun 2024 tercatat naik sebesar 11,69 persen dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya.

Impor jagung terbesar Indonesia berasal dari negara Argentina, yaitu sebanyak 918,40 ribu ton atau senilai dengan US$230,85 juta. Kemudian, dari Brasil dan Pakistan dengan volume impor masing-masing mencapai 443,40 ribu ton senilai US$119,15 juta dan 13,55 ribu ton senilai US$3,61 juta. Indonesia juga mengimpor jagung dari Amerika Serikat sebanyak 3,53 ribu ton atau senilai US$3,15 juta.

Produksi Jagung Indonesia

dibanding tahun 2023 sebesar 14,77 juta ton. Kenaikan produksi tahun 2024 dibanding tahun 2023 ini terjadi di semua pulau di Indonesia kecuali Kepulauan Maluku dan Papua. Produksi jagung terbesar tahun 2024 berasal dari Pulau Jawa yaitu 7,89 juta ton atau setara dengan 51,86% dari total produksi nasional. Sumber produksi jagung terbesar kedua di Indonesia tahun 2024 adalah Pulau Sumatera, yaitu sebesar 3,49 juta ton (22,95%), Pulau Sulawesi 2,05 juta ton (13,49%) dan Pulau Kalimantan 259,10 ribu ton (1,70%). Sedangkan pulau lainnya menghasilkan produksi 1,52 juta ton dengan kontribusi sebesar 10,00 persen dari total produksi jagung nasional tahun 2024. Meskipun pada tahun 2024 Pulau Jawa tetap menjadi sentra utama produksi jagung nasional, namun produksi ini mengalami penurunan sebesar 0,80 persen dibanding produksi tahun 2023 (106,37 ribu ton).

Di Indonesia, daerah penghasil utama tanaman jagung periode 2020–2024 adalah Jawa Timur yang tiap tahun menghasilkan rata-rata 4,47 ribu ton jagung. Hal tersebut dapat terjadi karena budidaya tanaman jagung di Jawa Timur dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya. Namun demikian, Provinsi Jawa Timur sebagai sentra utama produksi jagung di Indonesia mengalami penurunan produksi sebesar 300,81 ribu ton dibandingkan dengan tahun 2023.

Produksi Jagung Indonesia, 2020–2024

Jagung Indonesia

Sumber: Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Jagung Menurut Provinsi, BPS

Selain Jawa Timur, daerah sentra produksi jagung di Indonesia periode 2020–2024 adalah Jawa Tengah dengan rata-rata produksi tiap tahun sebesar 2,32 ribu ton, Sumatera Utara (1.152.358 ton), Lampung (1.149.577 ton), Nusa Tenggara Barat (1.147.221 ton), Sulawesi Selatan (1.085.188 ton), Gorontalo (617.669 ton), Jawa Barat (562.138 ton), dan Sumatera Barat(489.367 ton). Mengingat bahwa pengguna jagung domestik terbesar adalah industri pakan, maka dibutuhkan dukungan sistem logistik yang baik untuk mengalirkan jagung dari daerah sentra produksi jagung yang tidak terdapat pabrik pakan ke sentra pabrik pakan yang dominan berada di Pulau Jawa dan Sumatera. Sistem logistik jagung nasional yang andal juga diperlukan untuk mengantisipasi potensi fluktuasi harga jagung.

Konsumsi Jagung Indonesia

Jagung sebagai salah satu komoditas strategis nasional yang digunakan untuk memenuhi baik kebutuhan pakan maupun pangan. Kebutuhan pakan adalah untuk ternak unggas dan sapi, sedangkan jagung sebagai pangan adalah untuk kebutuhan pangan rumah tangga maupun bahan baku industri makanan. Jagung dimanfaatkan untuk pakan ternak sebesar 75 persen, industri non pakan dan pangan sebesar 23 persen, dan sisanya digunakan untuk konsumsi langsung rumah tangga dan benih (Prasetyo dkk, 2024).

Masyarakat Indonesia mengkonsumsi jagung dalam dua bentuk, yakni konsumsi jagung basah dengan kulit atau jagung segar dan konsumsi biji jagung atau jagung pipilan. Dalam periode tahun 2014–2024, konsumsi jagung segar masyarakat Indonesia cukup berfluktuatif. Menurut data Susenas, konsumsi jagung basah masyarakat Indonesia adalah sebesar 0,669 kg per kapita pada tahun 2014, kemudian meningkat pada tahun 2015 menjadi 1,491 kg per kapita. Di tahun 2024, konsumsi jagung segar masyarakat Indonesia terus meningkat menjadi 2,272 kg per kapita.

Selain konsumsi dalam wujud jagung segar, masyarakat Indonesia juga mengkonsumsi jagung dalam wujud biji jagung atau jagung pipilan. Tahun 2014, konsumsi jagung pipilan Indonesia tercatat 1,183 kg per kapita. Pada periode berikutnya, konsumsi terus menurun hingga mencapai 0,566 kg per kapita di tahun 2024.

Berikut disajikan grafik perkembangan konsumsi jagung basah dan jagung pipilan di Indonesia selama 10 tahun terakhir. Selama periode tahun 2014–2024, konsumsi jagung segar di Indonesia cenderung mengalami peningkatan dengan ratarata sebesar 19,06 persen setiap tahunnya. Berkebalikan dengan angka konsumsi jagung segar, konsumsi per kapita jagung pipilan masyarakat Indonesia selama periode 10 tahun terakhir, justru cenderung mengalami penurunan dengan rata-rata penurunan sebesar 6,74 per tahun.

Perkembangan Angka Konsumsi Jagung Basah dan Pipilan Per Kapita Indonesia (kg), 2014–2024

Jagung Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik

Selain dikonsumsi langsung oleh masyarakat, konsumsi jagung terbesar justru digunakan sebagai pakan ternak. Biji jagung merupakan bahan utama dalam pembuatan pakan ternak ayam. Jagung merupakan pilihan pertama untuk pakan ternak karena memiliki kandungan nutrisi yang sangat tinggi. Tingginya penggunaan jagung dalam formulasi pakan unggas tidak terlepas dari tingginya pati yang terkandung dalam jagung dan ketersediaannya yang banyak di dalam negeri serta tingginya kandungan karotenoid jenis xantofil dalam jagung, menyebabkan warna kuning pada telur, kaki ayam, dan kulit ayam disukai konsumen Indonesia. Oleh karena itu, kebutuhan jagung sebagai bahan pakan ternak tidak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan industri peternakan, tetapi juga dipengaruhi oleh permintaan hasil peternakan. Selama permintaan produk hasil peternakan masih tinggi, maka dipastikan kebutuhan jagung akan terus meningkat.. Kebutuhan jagung yang terus meningkat secara langsung menuntut produksi juga harus meningkat karena ketersediaan jagung merupakan unsur penting dalam menjamin produksi pakan secara berkesinambungan.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian Pertanian, volume pembelian jagung lokal oleh pabrik pakan pada tahun 2023 adalah sebesar 6.961.063 ton. Pembelian jagung tahun 2023 tersebut menurun seb esar 15,53% dibandingkan pembelian jagung tahun 2022 (8.240.561 ton). Namun volume pembelian tahun 2023 meningkat sebesar 8,10% jika dibandingkan pembelian jagung tahun 2021 (6.439.296 ton) dan meningkat sebesar 3,70% jika dibandingkan pembelian tahun 2020 (6.712.386 ton) serta meningkat 4,49% dibandingkan volume pembelian tahun 2019 (6.662.219 ton).

Volume pembelian jagung terbesar tahun 2023 dilakukan oleh pabrik pakan yang beroperasi di Pulau Jawa, yaitu sebesar 4.880.600 ton atau mencapai 70,11 persen dari total pembelian jagung pabrik pakan secara nasional. Besarnya volume pembelian jagung pabrik pakan di Pulau Jawa sejalan dengan besarnya kapasitas terpasang pabrik pakan di pulau ini (75,05% dari total kapasitas terpasang pabrik pakan nasional).