(Beritadaerah-Kolom) Pada Desember 2024, Provinsi Jambi mencatatkan beberapa angka menarik terkait inflasi. Kalau kita bicara soal inflasi year on year (y-on-y), Provinsi Jambi menunjukkan angka sebesar 1,43 persen. Nah, ini artinya harga barang dan jasa di Provinsi Jambi pada Desember 2024 naik 1,43 persen dibandingkan dengan Desember 2023. Sementara itu, Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jambi tercatat di angka 106,55. Apa sih IHK itu? Secara sederhana, IHK ini adalah indeks yang menggambarkan perubahan harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Jadi, angka 106,55 itu menunjukkan kalau ada kenaikan harga dibandingkan tahun dasar (biasanya tahun dasar punya IHK 100).
Sekarang, kalau kita zoom in ke beberapa daerah di Provinsi Jambi, ternyata ada variasi inflasi yang cukup menarik. Di Kabupaten Kerinci, inflasi tercatat paling tinggi, yaitu sebesar 2,07 persen dengan IHK 107,27. Sebaliknya, Kota Jambi menjadi daerah dengan inflasi terendah, yaitu hanya 1,16 persen dengan IHK 106,35. Jadi, meskipun sama-sama berada di Provinsi Jambi, tekanan inflasi di setiap daerah bisa beda-beda tergantung kondisi ekonominya masing-masing. Misalnya, perbedaan harga bahan pokok, transportasi, atau bahkan faktor cuaca bisa memengaruhi angka inflasi di daerah tertentu.
Kita bahas sedikit soal Kabupaten Kerinci, yang inflasinya paling tinggi. Ada beberapa kemungkinan penyebabnya. Pertama, Kerinci dikenal sebagai daerah dengan aktivitas pertanian yang cukup tinggi. Kalau ada kenaikan harga bahan pokok seperti beras atau sayur-sayuran, ini pasti berdampak langsung ke inflasi. Selain itu, transportasi di daerah pegunungan seperti Kerinci mungkin juga menjadi faktor. Kalau biaya transportasi naik, otomatis harga barang yang diangkut juga ikut naik. Infrastruktur yang kurang memadai di daerah ini bisa saja menjadi tantangan tersendiri yang mendorong kenaikan harga barang.
Di sisi lain, Kota Jambi, sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan, justru mencatat inflasi yang paling rendah. Hal ini bisa jadi karena akses terhadap barang dan jasa di Kota Jambi lebih mudah dibandingkan daerah lainnya. Infrastruktur yang lebih baik dan pasokan barang yang lebih stabil bisa membantu menekan kenaikan harga. Selain itu, keberadaan pasar-pasar besar di Kota Jambi memungkinkan masyarakat untuk mendapatkan barang dengan harga yang lebih kompetitif. Faktor lain yang bisa memengaruhi rendahnya inflasi di kota ini adalah pengelolaan distribusi yang lebih baik dibandingkan daerah lain.
Sekarang kita bahas dari sisi month to month (m-to-m) dan year to date (y-to-d). Pada Desember 2024, inflasi m-to-m di Provinsi Jambi tercatat sebesar 0,46 persen. Artinya, harga barang dan jasa pada Desember ini naik 0,46 persen dibandingkan bulan sebelumnya, November 2024. Kenaikan ini biasanya terjadi karena permintaan barang dan jasa meningkat menjelang akhir tahun. Misalnya, banyak orang yang belanja untuk persiapan liburan atau tahun baru, sehingga harga beberapa barang bisa naik. Periode akhir tahun memang sering menjadi waktu di mana inflasi m-to-m sedikit lebih tinggi karena adanya perayaan dan kebutuhan tambahan masyarakat.
Lalu, tingkat inflasi y-to-d juga sama dengan y-on-y, yaitu 1,43 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara akumulatif dari Januari hingga Desember 2024, inflasi di Jambi memang relatif stabil di angka tersebut. Tidak ada fluktuasi besar yang mengganggu selama tahun 2024. Stabilitas seperti ini biasanya merupakan indikator yang baik, karena menunjukkan ekonomi berjalan dengan baik tanpa tekanan harga yang berlebihan. Dengan inflasi yang terkendali, daya beli masyarakat relatif terjaga, sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan hidup tanpa terlalu khawatir tentang kenaikan harga yang signifikan.
Kalau dilihat secara keseluruhan, angka inflasi di Provinsi Jambi pada 2024 ini sebenarnya cukup terkendali. Angka 1,43 persen termasuk rendah jika dibandingkan dengan target inflasi nasional yang biasanya ada di kisaran 3 persen. Ini bisa menjadi pertanda bahwa kondisi ekonomi di Jambi cukup stabil, meskipun tantangan di setiap daerah masih berbeda-beda. Pemerintah daerah tampaknya telah berhasil menjaga stabilitas harga di sebagian besar wilayah, meskipun masih ada beberapa daerah yang perlu perhatian lebih.
Namun, untuk memahami lebih dalam tentang penyebab inflasi, penting juga untuk melihat komponen-komponen utama yang menyumbang kenaikan harga. Misalnya, apakah kenaikan inflasi lebih banyak disebabkan oleh kenaikan harga bahan makanan, transportasi, atau kebutuhan rumah tangga lainnya. Data yang lebih rinci akan membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang lebih tepat sasaran. Kalau ternyata bahan makanan menjadi penyumbang utama inflasi, maka kebijakan yang mendukung produksi lokal dan distribusi bahan pokok bisa menjadi solusi jangka panjang.
Di Kabupaten Kerinci, misalnya, pemerintah daerah bisa bekerja sama dengan petani untuk meningkatkan produksi dan memperbaiki sistem distribusi. Subsidi transportasi atau perbaikan infrastruktur jalan juga bisa membantu menurunkan biaya logistik, sehingga harga barang menjadi lebih terjangkau. Sementara itu, di Kota Jambi, pemerintah bisa fokus pada menjaga stabilitas pasokan barang dan mencegah spekulasi harga di pasar.
Selain itu, inflasi yang terkendali juga menjadi kabar baik untuk para pelaku usaha. Dengan harga yang relatif stabil, para pelaku usaha bisa lebih mudah merencanakan operasional mereka tanpa khawatir tentang fluktuasi harga yang tajam. Ini juga memberikan peluang bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) untuk berkembang, karena daya beli masyarakat tetap kuat.
Namun, ada satu hal yang perlu diperhatikan: meskipun inflasi rendah, tidak semua masyarakat merasakan manfaat yang sama. Kelompok masyarakat dengan penghasilan rendah mungkin masih merasakan beban yang cukup berat jika harga kebutuhan pokok naik, meskipun dalam persentase kecil. Oleh karena itu, pemerintah juga perlu memastikan bahwa kebijakan stabilisasi harga ini inklusif dan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
Secara umum, angka inflasi yang terkendali di Provinsi Jambi ini memberikan harapan positif untuk tahun-tahun mendatang. Dengan terus menjaga stabilitas harga dan memperkuat ekonomi daerah, Provinsi Jambi bisa menjadi contoh bagaimana inflasi dapat dikelola dengan baik tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat sangat penting dalam menciptakan kondisi ekonomi yang sehat dan berkelanjutan.
Kita bisa melihat bahwa angka inflasi di Provinsi Jambi pada 2024 ini memberikan gambaran menarik tentang dinamika ekonomi di daerah tersebut. Dengan inflasi yang terkendali, diharapkan masyarakat Jambi bisa terus menikmati stabilitas harga, dan pemerintah bisa fokus pada upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di masa depan. Perjalanan menuju stabilitas ekonomi memang tidak mudah, tapi dengan langkah yang tepat, Provinsi Jambi bisa terus berkembang dan memberikan kehidupan yang lebih baik untuk warganya.
Di tahun 2025, ekonomi Jambi diperkirakan tetap stabil dengan inflasi yang terkendali, seperti yang terlihat pada akhir 2024. Kenaikan harga barang dan jasa yang hanya 1,43% menunjukkan bahwa daya beli masyarakat masih terjaga. Kota Jambi, sebagai pusat ekonomi, tetap menjadi daerah dengan inflasi terendah berkat akses barang yang mudah dan infrastruktur yang memadai. Sementara itu, daerah seperti Kerinci perlu perhatian lebih, terutama terkait transportasi dan distribusi barang, yang menjadi salah satu penyebab inflasi lebih tinggi.
Bagi pelaku usaha, stabilitas harga ini memberikan ruang untuk perencanaan bisnis yang lebih baik. UMKM, khususnya, diuntungkan karena fluktuasi harga tidak signifikan. Namun, masyarakat berpenghasilan rendah masih perlu perlindungan, mengingat kenaikan harga kebutuhan pokok tetap terasa bagi mereka. Jika pemerintah terus memperkuat kebijakan stabilisasi dan infrastruktur, Jambi bisa menjadi contoh pengelolaan inflasi yang baik sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif di masa depan.